Inilah Harapan Masyarakat Pesisir Selatan Kepada Kementerian PU Untuk Bangun Jembatan Gantung

Zul Sikumbang
Zul Sikumbang
Diperbarui 26 Juli 2025 15:01 WIB
Kondisi jembatan gantung Limau Gadang, Nagari Lumpo, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (24/7). (Foto: Zul Sikumbang)
Kondisi jembatan gantung Limau Gadang, Nagari Lumpo, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (24/7). (Foto: Zul Sikumbang)

Pesisir Selatan, MI - Harapan besar dari masyarakat di beberapa nagari (desa) yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat kepada pemerintah pusat, khususnya kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) agar secepatnya membangun jembatan gantung yang ambruk akibat banjir bandang Maret 2024.

Pasalnya, beberapa jembatan gantung yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan seperti jembatan gantung Koto Rawang, Kecamatan IV Jurai, jembatan gantung Limau Gadang, Lumpo, Kec IV Jurai, jembatan gantung Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan, dan jembatan gantung Barung Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan akses utama bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

"Kami memohon kepada pemerintah pusat, khusus kepada Bapak Menteri Pekerjaan Umum agar secepatnya membangun jembatan gantung karena hanya ini akses bagi kami," kata Yamirin (65), warga nagari Lumpo kepada monitorindonesia.com, Kamis (24/7).

Yamirin menyebutkan, khusus untuk jembatan gantung Limau Gadang, Koto XI Tarusan, masyarakat bergotong royong memperbaiki jembatan tersebut. Pekan lalu, kata Yamirin, masyarakat bergotong royong memperbaiki jembatan dengan menyusun papan-papan sebagai lantai jembatan.

Usaha dan upaya yang dilakukan masyarakat Limau Gadang tak lain tak bukan untuk keberlangsungan hidup mereka.

"Ada masjid, ada sekolah, ada kantor Walinagari (kantor desa). Kami tidak bisa menjalankan aktivitas dengan lancar. Apalagi saat membawa hasil panen karet, durian, hasil panen pertanian, kami sangat kesulitan," kata Yamirin.

Dari pantauan monitorindonesiq.com, kondisi jembatan gantung Limau Gadang memang harus segera diperbaiki atau dibangun baru. Sebelum banjir bandang, jembatan tersebut bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Tapi sekarang, pengendara roda dua harus bergantian untuk melintas. Papan yang dipasang sebagai lantai jembatan hanya dipasang setengah. Setengahnya  dibiarkan begitu saja. Sedang tiang utama sudah terlihat miring dan tali pengaman di kedua sisi jembatan masih ada.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh warga Koto Rawang dan Sungai Salak, Kecamatan IV Jurai. 

"Kami tentunya berharap kepada pemerintah pusat, terkhusus kepada Kementerian Pekerjaan Umum untuk segera membangun jembatan yang sudah ambruk akibat banjir bandang pada Maret 2024, tepatnya sehari sebelum puasa pada Maret 2024. Jembatan ini urat nadi bagi kami," kata Erni, warga nagari Koto Rawang.

"Kami harus melewati jembatan ini agar hasil panen kami seperti hasil pertanian dan perkebunan seperti durian, manggis bisa dijual. Tapi saat membawa hasil panen, ada rasa was-was dan cemas ketika melewati jembatan ini," tambah Erni.

Harapan yang sama disampaikan Eka, warga Duku, Koto XI Tarusan

"Kami dari anak desa (nagari), perangkat nagari dan seluruh masyarakat agar jembatan gantung Duku segera dibangun. Kami mohon kepada pemerintah pusat (kementerian PU), pemerintah provinsi untuk segera merealisasikan (membangun)," kata Eka.

Bagi masyarakat Duku, sambungnya, jembatan gantung Duku merupakan urat nadi dan satu-satunya akses untuk segala kegiatan, termasuk membawa hasil tani dan kebun. Sekitar 200 KK terisolasi akibat ambruknya jembatan tersebut.

"Jembatan gantung ini jantung bagi kami masyarakat Duku. Kalau jembatan ini tidak segera dibangun, bagaimana kami bisa membawa hasil tani dan kebun kami, bagaimana anak-anak kami pergi sekolah," tambahnya.

Jembatan yang ambruk sejak Maret 2024, belum dibangun sama sekali. Sehingga masyarakat harus menggunakan sampan saat air pasang dan menyeberangi sungai saat air surut.

"Kalau airnya kecil/tidak pasang, kami menyeberang sungai, kalau air naik/pasang, pakai sampan. Bahkan kami menyeberangi sungai sambil membawa hasil tani dan kebun seperti durian, cabe. Yang paling susah ketika ada kematian, membawa mayat ke kuburan harus menyeberang sungai," kata Eka.

Dari data yang ada, empat jembatan tersebut membutuhkan dana sebesar Rp30,727,537. Untuk jembatan gantung Koto Rawang dan jembatan Duku yang panjangnya 100 meter masing-masing menelan biaya Rp9,626,934 dan untuk jembatan gantung Limau Gadang dan Barung Balantai Koto XI Tarusan menelan biaya masing-masing Rp5,736,834 dengan panjang 80 meter.

Sementara itu, Badan Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) telah menyiapkan desain keempat jembatan.

"Kami sudah menyiapkan desain, anggarannya untuk keempat jembatan tersebut. Anggarannya mencapai Rp30,72 miliar. Sebenarnya awal 2025 sudah bisa dibangun, tapi masih dibintangi (diblokir). Tentu kami menunggu arahan dari pusat (Kementerian PU)," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BPJN, Yan Purwandi.

Ia memastikan, pembangunan keempat jembatan gantung tersebut membutuhkan waktu lama, yakni sekitar 6 bulan lebih. 

"Kalaupun anggarannya sudah dibuka oleh pemerintah pusat, kita perlu desain ulang dan menyesuaikan anggarannya, maka pengerjaan dilakukan bulan September, kemungkinan tidak bisa juga karena butuh lama waktu membangun jembatan dan kami inginnya multiyears, biar tidak ada masalah hukum nantinya," kata Yan Purwandi.

Topik:

Jembatan gantung Kementerian PU