Mahasiswa Bentangkan Spanduk 'Ada Apa dengan Tulungagung?' Sebagai Alarm Keras untuk Pemerintah Daerah

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 7 Mei 2025 19:41 WIB
Spanduk yang dipasang oleh AMTI di Tugu Kendang, Tulungagung (Foto: Dok/JK-MI)
Spanduk yang dipasang oleh AMTI di Tugu Kendang, Tulungagung (Foto: Dok/JK-MI)

Tulungaggung, MI– Suasana Perempatan Tugu Kendang mendadak menjadi pusat perhatian publik ketika puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Tulungagung Indonesia (AMTI) menggelar aksi simbolik yang mengguncang ruang kesadaran publik. 

Spanduk besar bertuliskan "Ada Apa dengan Tulungagung?" menjadi sorotan utama aksi yang dikawal ketat aparat keamanan tersebut.

Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan bentuk protes intelektual yang sarat makna. Mahasiswa menyuarakan keresahan mendalam terhadap persoalan yang dinilai tak kunjung dituntaskan, mulai dari dugaan korupsi yang dibiarkan menjamur, lemahnya penegakan hukum, hingga sikap pasif dalam menyikapi aspirasi masyarakat oleh pemerintahan baru Tulungagung.

“Ini bentuk cinta kami terhadap daerah. Kritik kami adalah bentuk kepedulian agar pemerintahan berjalan lurus dan transparan,” tegas Haidar, Koordinator aksi.

Dengan penuh semangat, mahasiswa mendesak pengusutan tuntas terhadap pejabat yang diduga terlibat tindak pidana korupsi serta menuntut adanya keterbukaan dan evaluasi serius terhadap kinerja kepemimpinan baru.

Tak hanya itu, aksi ini juga menandai deklarasi gerakan baru bertajuk “Aksi Selasar”, yang menurut Ketua AMTI Wahid Ilham, akan menjadi garda terdepan dalam mengawal setiap kebijakan daerah.

“Kami akan terus mengawal, mengkritisi, dan mendukung dengan kritis segala kebijakan demi rakyat Tulungagung,” ujarnya, pada Rabu (7/5).

Meski berlangsung damai, aksi ini meninggalkan pesan yang menggema, mahasiswa Tulungagung tak akan bungkam. Dukungan warga yang melintas memperlihatkan bahwa keresahan ini bukan milik mahasiswa semata, melainkan suara bersama yang menuntut perubahan nyata.

“Ada Apa dengan Tulungagung?” kini bukan hanya sebuah pertanyaan, melainkan sebuah peringatan keras bahwa saatnya pemerintah daerah membuka mata dan telinga, sebelum ketidakpercayaan publik berubah menjadi gelombang yang lebih besar. (JK)

Topik:

Tulungaggung Jawa Tengah