Waspada Penyakit Leptospirosis Saat Musim Hujan

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 17 November 2023 19:42 WIB
Ilustrasi hujan deras [Foto: Ist]
Ilustrasi hujan deras [Foto: Ist]

Jakarta, MI - Praktisi kesehatan masyarakat Ngabila Salama mengingatkan, masyarakat untuk lebih waspada terhadap serangan penyakit leptospirosis, yang berpotensi besar terjadi saat musim hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan secara umum terjadi pada November 2023, namun tidak secara serentak di seluruh wilayah, sedangkan periode puncak musim hujan diprediksi pada Januari dan Februari 2024.

“Leptospirosis ini sering menyerang manusia ketika musim hujan karena banjir, dan penularan dari hewan seperti tikus bisa terjadi,” kata Ngabila, di Jakarta, Jumat (17/11).

Ngabila Salama yang Praktisi Kelompok Kerja Komunikasi Risiko Kementerian Kesehatan itu, mengatakan infeksi yang disebabkan bakteri Leptospira interrogans tersebut bisa menular melalui air, tanah, makanan, dan media lainnya yang terkontaminasi air seni tikus.

“Jadi kalau ada banjir besar pasti naik angka leptospirosis, pasti, karena dipengaruhi oleh vektor tikus tadi yang kencingnya mengontaminasi air banjir,” ujarnya.

Dijelaskan Ngabila, ada dua gejala leptospirosis yang paling mudah dikenali, yakni mata yang pada dasarnya berwarna putih, menjadi kuning serta diikuti kulit yang juga berwarna kuning, sedangkan gejala kedua berupa nyeri pada otot betis bagian belakang.

“Bakteri ini sangat berbahaya karena bisa menyebar ke bagian otak dan ginjal, sehingga berakibat pada kematian,” jelasnya.

Adapun upaya pencegahan, kata dia, dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak air, atau tanah yang tercemar air seni tikus.

Selain itu, memastikan segera mandi setelah berada di area banjir atau mencuci area tubuh yang terkontaminasi langsung dengan genangan air, seperti kaki dan tangan.

“Gunakan pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu bot, serta pelindung mata ketika akan kontak dengan hewan dan saat bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri leptospira,” imbuhnya.

"Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas, menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam," tandasnya.

Sebagai informasi, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Desember 2022, terdapat 1.408 kasus leptospirosis di Indonesia, 139 kasus di antaranya meninggal dunia. 

Jawa Tengah menjadi provinsi dengan laju kasus tertinggi, yakni 502 kasus, kematian 70 jiwa, dan Case Fatality Rate (CFR) berkisar 13,94 kasus. (Rl.Ant)