Warga Jakarta Keluhkan Proyek Sumur Resapan Tanpa Proses Perencanaan (3)

Nicolas
Nicolas
Diperbarui 20 Desember 2022 06:56 WIB
Jakarta, MI - Proyek sumur resapan di Jakarta dinilai tanpa perencanaan yang matang sehingga tak mampu membantu mengendalikan banir di Ibukota. Padahal, triliunan dana APBD DKI Jakarta dihabiskan untuk proyek mercusuar Anies Baswedan tersebut. Sejumlah warga Jakarta yang ditemui Monitor Indonesia beberapa hari terakhir mengungkap, puluhan ribu titik proyek sumur resapan yang dibangun Pemprov DKI Jakarta tanpa melalui sebuah perencanaan matang. Warga menilai, sumur resapan hanyalah dari sekian proyek yang jadi lahan bancakan oknum tertentu. "Jelas tanpa perencanaan matang. Mereka (kontraktor) dan para oknum yang berkepentingan, pokoknya hanya kejar tayang, kualitas enggak diperhatikan," kata Matsani (58), warga kampung Makassar, Jakarta Timur saat berbincang dengan Monitor Indonesia, Senin (19/12). Selain kejar tayang, warga asli Betawi ini menegaskan, proyek sumur resapan itu hanya untuk menghabiskan anggaran semata, untuk mengejar target politik Gubernur terdahulu. Dia menduga, proyek tersebut hanya menjadi lahan bancakan segelintir elit, baik di Pemprov DKI, DPRD DKI Jakarta maupun tim sukses Gubernur terdahulu. "Semua itu pencitraan untuk sebuah janji politik sesaat. Anggaran dihabiskan, dan orang tertentu ingin memanfatkan anggaran itu," ucap Matsani sambil menunjuk sumur resapan yang tak jauh dari depan rumahnya. Hal senada juga dikatakan Ny Rokiyah (45). Warga Cipayung, Jakarta Timur itu melihat sumur resapan yang dibangun Pemprov DKI tak berarti sama sekali saat hujan datang. "Belum hujan saja, sumurnya dah penuh air. Apa gunanya itu sumur resapan?" ucapnya. Menurut Rokiyah, awalnya dia dan warga lainnya menolak sumur resapan itu dibuat di jalan depan rumahnya. Sebab, selain tidak efektif mengurai banjir, sumur itu sangat berbahaya bagi anak-anak dan pengendara. "Sebentar lagi juga rontok tuh (sumur resapan). Entah buat apa itu dilubangi. Belum ada aja korban sekarang. Apa Anies baswedan mau bertanggungjawab kalau kendaraan atau orang kecebur di situ (sumur resapan)," tukasnya. Dia kembali menegaskan, segitu hujan deras turun, maka sumur resapan tidak berfungsi. Malah menjadi sumber masalah baru bagi pengguna jalan. Dari hasil penelusuan Monitor Indonesia, perencanaan sampai pelaksanaan yang kejar target sumur resapan berpotensi korupsi. Sebelumnya, masyarakat juga mengkritik kerusakan jalan yang terjadi akibat sumur resapan yang diduga asal-asalan seperti di Jalan Lebak Bulus III akibat pembangunan sumur resapan yang mengganggu aktivitas masyarakat dan membahayakan pengguna jalan. Diketahui, beberapa sumur resapan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan tidak cuma jebol, tapi juga retak. Namun, seluruh sumur yang kondisinya jebol dan retak buru-buru sudah diperbaiki oleh Dinas SDA DKI. Kejadian ini menunjukkan bahwa pembangunan sumur resapan bukan hanya dipertanyakan efektivitasnya, namun juga pelaksanaanya berantakan. "Harusnya Dinas SDA (Sumber Daya Air) melakukan koordinasi dengan Dinas Bina Marga terkait pembangunan sumur resapan di jalananan ini. Ini jalanan rusak tapi tidak diperbaiki segera padahal ada anggarannya di Bina Marga," ujar aktivis anti korupsi Orden Gultom. Menurutnya, warga juga khawatir jika pembangunan sumur resapan ini mengorbankan kualitas penentuan lokasi. "Dinas SDA di beberapa tepat sebenarnya tinggal membangun tali air agar air dapat langsung masuk ke saluran drainase tanpa harus membangun sumur resapan yang merusak jalan. Saya takut target dan serapan anggaran malah jadi fokus daripada ketepatan lokasi pembangunan sumur resapan," ungkapnya.[Lin]