DPRD DKI Kaji Perubahan Nama Jalan Kebon Sirih Jadi Ali Sadikin

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 12 Desember 2023 15:41 WIB
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dalam peresmian perubahan nama gedung Blok G menjadi Ali Sadikin, Jakarta, Senin (11/12). [Foto: ANTARA/HO-DPRD DKI]
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, dalam peresmian perubahan nama gedung Blok G menjadi Ali Sadikin, Jakarta, Senin (11/12). [Foto: ANTARA/HO-DPRD DKI]
Jakarta, MI - DPRD Provinsi DKI Jakarta mengkaji perubahan nama Jalan Kebon Sirih, menjadi Ali Sadikin sebagai bentuk penghargaan kepada jasa tokoh DKI Jakarta.

“Tidak hanya gedung Blok G saja yang diubah menjadi Ali Sadikin, untuk masalah jalan sedang kita kaji," kata Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (12/12).

Dijelaskan Prasetyo, kajian itu memperhatikan apakah usulan perubahan nama jalan akan memberatkan para pemilik wilayah, atau kantor yang ada di kawasan tersebut.

Terlebih, dia menilai pengabadian nama Gubernur DKI Jakarta tahun 1966-1977 itu, merupakan tanda penghargaan dari pemerintah atas jasa-jasa Ali Sadikin membangun Kota Jakarta.

“Ya kita menghargai tokoh DKI Jakarta, salah satu tokoh yang potensial itu adalah almarhum Pak Ali Sadikin,” ujarnya.

Selain itu, Prasetyo juga menyoroti perubahan nama gedung Blok G bertujuan untuk turut menghormati jasa Ali Sadikin, selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Ya menghormati beliau sebagai pendahulu kita, Ali Sadikin,” ungkapnya.

Sementara itu, anak Ali Sadikin Boy Bernardi Sadikin mengaku berterima kasih kepada Ketua DPRD serta Pemprov DKI, atas pemberian nama sang ayah pada Balai Kota DKI Jakarta.

“Atas nama keluarga saya mengucapkan terima kasih banyak karena ada penghargaan dari Pemda untuk mengganti nama Blok G jadi Grha Ali Sadikin,” ujar Boy.

Sebagai informasi, Ali Sadikin merupakan Gubernur DKI Jakarta pada 1966 hingga 1977.

Di bawah kepemimpinannya, Ali telah melahirkan berbagai proyek pembangunan seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, hingga pelestarian budaya Betawi di Condet.

Selain itu, Ali Sadikin juga mencetuskan Pekan Raya Jakarta yang saat ini dikenal dengan nama Jakarta Fair, hingga memperbaiki sarana transportasi dengan memperbanyak bus dan membangun halte.