Prof Ojat Darojat Sukses Benahi Universitas Terbuka

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 5 Agustus 2021 09:25 WIB
Monitorindonesia.com - Profesor Ojat Darojat terpilih kembali menjadi Rektor Universitas Terbuka (UT) untuk periode kedua 2021-2025. Prof Ojat begitu sapaan akrabnya telah melakukan banyak perubahan selama 4 tahun menjabat Rektor UT di periode pertama. Kampus utama UT yang berada di Pondok Cabe, Tangerang Banten itu pun tampak berdiri megah, hijau, tertata rapi dan bersih. Sepintas kalau dilihat dari jalan raya, kampus Universitas Negeri ke-45 itu biasa saja, namun begitu masuk ke dalam area kampus, suasana sejuk langsung terasa. Prof Ojat Darojat yang memiliki gaya low profile itu pun mengaku telah banyak melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur kampus selama 4 tahun berlalu. Atas keberhasilannya, tak heran jika Prof Ojat dipilih 44 dari total 48 suara senat dalam pemilihan rektor belum lama ini. Prestasi membangun universitas negeri termuda itu tak perlu diragukan lagi. "Kampus yang nyaman tentu harus seimbang dengan kualitas pendidikan tentunya ya. Itu yang terus kami tingkatkan," ujar Prof Ojat saat ditemui Monitorindonesia.com di Kampus UT Ciputat, pekan lalu. Prof Ojat optimistis dalam empat tahun ke depan akan mampu menjeadikan UT setara dengan universitas negeri lainnya di Indonenesia. Bahkan Komitmen itu juga sudah dijelaskan Ojat saat ditanya Sekjen Kemendiknas apa yang telah dilakukan di periode pertama dan periode berikutnya dan rencana kedepan. "Saya bilang bahwa selama periode pertama itu telah melakukan reformasi besar, pertama terkait dengan tata kelola reformasi universitas dan yang kedua reformasi akademik," katanya. Reformasi tata kelola yang paling menonjol selama ini yang sudah dilakukan Prof Ojat Darojat terkait pengadaan barang dan jasa. Nilai pengadaan yang nilainya ratusan miliar rupiah merupakan salah satu aspek strategis yang harus direformasi supaya hasilnya benar dan dapat dipertanggungjawabkan, bagus dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. "Nah, di situ kita dalam pengadaan barang dan jasa itu mengembangkan aplikasi micro service promise itu digital yang selama ini ditangani secara manual dalam pengadaan barang dan jasa. Kita sekarang buat sistemnya aplikasinya, supaya dalam pengadaan barang dan jasa UT tidak lagi melibatkan kegiatan kegiatan konvensnional, seperti pengadaan dokumen yang bertumpuk melibatkan banyak orang. Itu tidak ada lagi sekarang karena sudah masuk dalam mengadakan micro service tersebut," papar Prof Ojat Darojat. Dengan sistem yang dibuat, pihak-pihak yang tadinya punya kepentingan menjadi "raja raja kecil" dalam pengadaan barang dan jasa tak bisa lagi berkutik. Ia mencontohkan, anggaran paling besar anggarannya adalah pengadaan ajar UT serta pendistribusiannya ke seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, nilainya cukup besar. "Dulu biasa praktek penunjukan langsung gitu, atau dipecah-pecah, sekarang sudah tidak ada gitu. Benar-benar kita dibuat sistemnya supaya ini memang bisa lebih baik kualitas pengelolaannya," jelasnya. Dengan sistem yang baik, UT bisa melakukan efsiensi yang luar biasa dari pengadaan barang dan jasa. Misalnya barang ajar yang sekarang dengan pindah sekarang dari konvensional ke digital itu bisa menghemat biaya 50-70 persen. Selain itu, dalam pendistribusian barang ajarnya sama bisa menghemat sampai 70 persen. "Itu kan nilainya sangat besar, dan tentu pasti dalam konteks ini ada orang orang yang tidak suka dan selama ini tender dalam barang dan jasa, pengadaan barang ajar sekarang tidak bisa lagi karena tidak memenuhi persyaratannya," katanya. Dengan adanya micro service itu UT mampu menghemat anggaran yang sangat signifikan baik penggandaan barang ajar dan pendistribusian barang ajar. Tak heran memang, sekarang ini UT bagus, gedungnya terpelihara dengan baik, taman-tamannya semakin hijau, anak-anak yang bekerja di sana mendapatkan gaji yang bagus dan meningkat, kerjanya semakin tinggi. "Office boy juga bagus kerjanya, enggak ada di UT WC bau pesing, gak ada, bersih dan bagus. UT sekarang dijadikan contoh di Kementerian, banyak perguruan tinggi lain baik biasa maupun yang lain banyak yang belajar ke UT," kata Prof Ojat Darojat. Dengan mengembangkan pengadaan barang dan jasa yang baik, UT kini menjadi percontohan. "Alhamdullilah menjadi contoh. Kita ini menjalankan amanah, tidak ada unsur KKN, dinilai sangat positif lah," katanya. Selain reformasi universitas, Prof Ojat juga melakukan reformasi akademik. Melihat jumlah mahasiswa sejak tahun 2011 sampai 2017 turun terus, Prof Ojat orang yang dibesarkan di bidang ilmu marketing harus mampu membuat strategi bagaimana caranya mahasiswa jumlahnya tak turun. Reformasi pertama yang dilakukan Ojat adalah meningkatkan kualitas bahan ajar yang bagus. Ukuran bahan ajarnya ditingkatkan dari A5 ke A4, forn size nya juga diubah dari 10 menjadi 12 agar terlihat bagus dan berwarna. "Yang keduanya dari segi linier supervisinya, jadi layanan dokumen yang dari UT kepada mahasiswa sukses belajarnya di UT tanpa mengalami teralu banyak kendala, jadi ada kan kegiatan learning work shop atau work shop keterampilan jarak jauh, bagaimana caranya supaya mahasiswa itu kuliah di UT tanpa banyak kendala," paparnya. Trik-trik kuliah di UT diberikan disana, itu dilakukan wajib. Bagi mahasiswa baru wajib melakukan kegiatan supaya mereka bisa mengikuti kuliah dengan baik. Setelah itu mahasiswa juga diberikan keterampilan bagaimana cara mengerjakan tugas assignment work shop, dilatih supaya mereka pandai dalam mengerjakan tugas mata kuliah, bukan hanya dari sisi ilmunya, tetapi di situ juga ditanamkan supaya mereka punya kepercayaan diri yang baik, tidak curang, tidak tergantung dengan orang lain dan tidak melakukan pelanggaran. "Jadi dibina oleh kita mahasiswanya bagaimana caranya supaya mahasiswa kita jadi mahasiswa pembelajar jarak jauh yang tangguh," katanya. Prof Ojat Darojat menekankan, bagaimana rasa kepercayaan diri mahasiswa tumbuh dan percaya kepada kemampuan dirinya adalah hal terpenting. Berikutnya, exam klinik yang jadi persiapan sebelum work shop kegiatan sebelum ujian akhir semester (UAS). "Oleh kita dikasih tahu ada aturan-aturan ketentuan khusus ujian, anda harus siap harus mematuhi persyaratan ujian, dan anda juga harus siap mengikuti ujian dengan baik, jadi disipkan mentalnya, hati dan pikirannya, supaya mereka punya kesempatan untuk membaca dan memahami isi modul, jangan sampai nanti ketika ujian mereka tidak sempat belajar, kalau mahasiswa tidak sempat belajar kan bisa aja nanti curang, nyontek pekerjaan orang lain, kan susah atau nyontek dari buku, dan lain sebagainya, kan tidak bagus itu, jadi dibina kepercayaan dirinya," tutur Prof Ojat. Dia tidak ingin aturan perkuliahan saja yang diperbaiki, tetapi mahasiswa harus diedukasi supaya mereka lebih pintar dan bagus. Learning progresnya kemajuan belajarnya selalu dikawal tutor. Dalam reformasi akademik juga universitas memberikan tugas-tugas mata kuliah kepada mahasiswa atau tutorial online, mahasiswa yang ikut tutorial tatap muka serta mahasiswa yang tidak sempat keduanya, akan tetap diberikan tugas dan tetap dikawal. "Jadi learning progress mahasiswa itu oleh dikawal dengan tugas-tugas itu dikerjakan oleh mereka. Dan itu berkontribusi untuk nilai akhir mata kuliah," katanya. Dengan reformasi seperti itu IPK mahasiswa rata rata IPK mahasiswa itu naik. Sukses tersebut tentunya berdampak pada jumlah mahasiswa keseluruhan naik lagi secara bertahap 2018, 2019, 2020 naik lagi. Saat ini total mahasiswa UT berjumlah 320 ribu orang. Prof Ojat menargetkan UT bisa mendidik mahasiswa hingga 1 juta orang dalam beberapa tahun mendatang. "Kuliah di UT sangat murah dan terjangkau. Kualitas juga sudah bagus dan akan terus ditingkatkan. Semua anak bangsa harus bisa kuliah sebagaimana arahan bapak Presiden Jokowi," tandasnya. [man]

Topik:

Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat Reformasi Universitas Terbuka ojat darojat