Bamsoet Dukung Berdirinya Universitas Insan Cita Indonesia

Adrian Calvin
Adrian Calvin
Diperbarui 12 Agustus 2021 14:32 WIB
Monitorindonesia.com - Ketua Dewan Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa (KAHMI) Bambang Soesatyo mendukung lahirnya Universitas Insan Cita Indonesia (UICI). Hal itu sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1183/M/2020 tentang Izin Pendirian UICI. Didirikan oleh KAHMI melalui Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI (MPT KAHMI), UICI memiliki empat program studi, yakni Bisnis Digital, Sains Data, Komunikasi Digital, dan Informatika. Perkuliahan tahun ajaran 2021/2022 akan dimulai pada pertengahan September 2021. Tercatat lebih dari 1.500 mahasiswa akan menjadi angkatan pertama UICI. Lahirnya UICI merupakan bentuk gotong royong keluarga besar KAHMI menjalankan amanat konstitusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. "Ini menandakan era baru dalam memajukan pendidikan di Indonesia melalui Digital Integrated Learning System (DILS). Menjadikan UICI sebagai universitas digital pertama di Indonesia yang mengintegrasikan Digital Simulator Teaching Learning System (DTLS), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR). Sehingga mahasiswa bisa belajar dari mana saja, kapan saja, dan dengan sarana apa saja," ujar Bamsoet sapaan akrab BAmang Soesatyo usai bertemu MPT KAHMI, di Jakarta, Kamis (12/8/2021). Turut hadir jajaran MPT KAHMI, antara lain Wakil Ketua Raviq Karsidi, Sekretaris Subandriyo, Wakil Bendahara Mashudi, dan Anggota Siti Zuhro. Hadir pula Rektor UICI Laode M Kamaludin, dan Anggota DPR RI yang juga pengurus KAHMI Darul Siska. Ketua MPR RI itu menjelaskan, selain unggul dalam teknologi, UICI juga mengusung filosofi dasar integrasi budaya ligital, keagamaan, dan ke-Indonesiaan. Sehingga lulusan UICI akan menjadi generasi yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki karakter kreatif dan inovatif yang bernafaskan keagamaan (Islam). "Untuk menyiapkan lulusan yang berdaya saing global, UICI memberi pengalaman mahasiswa dengan kompetensi digital, kesempatan double degree, seminar, workshop, dan kompetisi. Baik ditingkat nasional hingga internasional," jelasnya. Ia menerangkan, UICI menggunakan sistem pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp 2,5 juta yang dibayar setiap awal semester. Biayanya sangat terjangkau dan tidak memberatkan mahasiswa. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat per tahunnya, dari sekitar 2 sampai 3 juta lulusan SMA dan SMK, hanya sekitar 38 persen saja siswa yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Padahal Indonesia dalam periode menyongsong puncak bonus demografi. "Ketersediaan sumberdaya manusia berkualitas menjadi tumpuan bagi suksesnya pembangunan nasional. Kehadiran UICI menjadi solusi agar anak bangsa bisa lebih banyak mendapatkan kesempatan mengakses pendidikan tinggi yang terjangkau," pungkas Bamsoet.[Rls]

Topik:

Bamsoet MPR RI Universitas Insan Cita Indonesia UICI