Di Hari Konstitusi, Bamsoet Ungkap Keteladanan Diplomat Ulung Agus Salim

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 18 Agustus 2021 14:42 WIB
Monitorindonesia.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menekankan bajwa majelis mengemban visi sebagai rumah kebangsaan, pengawal idelogi Pancasila dan kedaulatan rakyat mendapat mandat untuk menginternalisasikan empat konsepsi kenegaraan, yang kemudian dikenal dengan sebutan Empat Pilar MPR RI. Empat pilar itu yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bamsoet menegaskan, MPR akan terus melakukan vaksinasi ideologi Pancasila melalui internalisasi Empat Pilar MPR RI kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu untuk meningkatkan ketangguhan agar tidak mudah terinfeksi oleh nilai-nilai yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. "Keberhasilan menjadi individu yang ber-Pancasila tidak sekadar diukur dari hapalnya masing-masing atas isi kelima sila Pancasila. Melainkan terwujud dalam perilaku keseharian," ujar Bamsoet dalam peringatan Hari Konstitusi dan Hari Lahir MPR RI, di komplek Majelis, Jakarta, Rabu (18/8/2021). Menurutnya, ketika setiap individu bisa mengalokasikan waktu untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, bersikap memanusiakan manusia lainnya dengan adil dan beradab. Selalu itu,  selalu berusaha menyatukan saudara sebangsa-setanah air yang berbeda, mengedepankan sikap permusyawaratan dalam menyelesaikan perbedaan dan untuk terus menerus mengikhtiarkan tegaknya keadilan sosial, maka itulah perwujud-an Pancasila dalam kehidupan nyata. Turut hadir secara fisik dan virtual, antara lain Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, Ketua MK Anwar Usman, Ketua BPK Agung Firman Sampurna, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, para Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Ahmad Muzani, Lestari Moerdijat, Jazilul Fawaid, Syarifuddin Hasan, Zulkifli Hasan, Arsul Sani, Fadel Muhammad dan Hidayat Nur Wahid serta para Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin, Sufmi Dasco Ahmad, dan Rachmat Gobel. Bamsoet pun  menyampaikan beberapa kisah kehidupan para pendiri bangsa yang kental dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga patut diteladani. Seluruh elemen bangsa bisa belajar kesahajaan dan kesederhanaan dari H. Agus Salim, seorang diplomat ulung yang tidak malu mengenakan jas lusuh dan bertambal, seorang menteri, dan pendiri bangsa yang sering kekurangan uang belanja. Dalam kehidupan kesehariannya, H. Agus Salim, adalah seorang kontraktor, karena tempat tinggalnya selalu berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Salah satu kontrakannya adalah sebuah rumah mungil dengan satu ruangan besar, yang berada di gang sempit dan padat penduduk di bilangan Jatinegara. Begitu pintu dibuka akan ada koper-koper terkumpul di sudut rumah, dan kasur-kasur digulung di sudut lainnya. "Di situlah H. Agus Salim menerima tamu, makan, dan tidur bersama isteri dan anak-anaknya. Kontrakan yang paling dikenangnya adalah di gang listrik, yang justru harus hidup tanpa listrik gara-gara ia tidak mampu membayar tagihan listrik," tutur Bamsoet. Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, ketika salah satu anaknya meninggal dunia, H. Agus Salim tidak punya uang untuk membeli kain kafan. Jenazah anaknya dibungkus dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru” kata H. Agus Salim. “Untuk yang mati cukuplah kain itu”. Itulah H. Agus Salim yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, bahwa memimpin itu adalah ibadah. Bamsoet juga mengatakan, jika ingin meneladani persahabatan, Bung Karno dan Bung Hatta dapat dijadikan contoh. Meski sudah tidak bisa bersama lagi, keduanya tetap hangat dan akrab. "Padahal mereka berbeda pandangan yang tidak ada titik temunya tentang demokrasi. Pak Kasimo dan Pak Natsir pun demikian, keduanya bisa berboncengan naik sepeda setelah debat sengit di parlemen," tandasnya.[man]

Topik:

Hari Konstitusi Agus Salim Keteladanan