Aktivitas Vulkanik Gunung Anak Krakatau Terjadi Sejak 15 April

wisnu
wisnu
Diperbarui 26 April 2022 03:01 WIB
Jakarta, MI - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengungkapkan, sejak 15 April 2022 Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Aktivitas vulaknik itu berupa hembusan asap maupun tinggi erupsi kolom dengan variasi setinggi 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut, dan tiga hari terakhir sudah mencapai 3.000 meter. Berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi belerang dioksida mulai teramati pada tanggal 14 April dengan belerang dioksida sebesar 28,4 ton per hari, dan kemudian meningkat menjadi 68,4 ton per hari pada 15 April. Selanjutnya meningkat drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton per hari. Pantauan dari magma itu, kata dia, berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. [caption id="attachment_426378" align="aligncenter" width="300"] Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau terjadi sejak 15 April. (Foto; Dok/MI)[/caption] Menurutnya, peningkatan belerang dioksida yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava. Jumlah belerang dioksida pada periode di atas mencapai 9,2 kiloton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kiloton dan September-Oktober 2018 sebanyak 19,4 kiloton. "Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter lebih kurang dua kilometer merupakan kawasan rawan bencana," jelas Hendra dalam keterangannya, Senin (25/4). Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius dua kilometer dari pusat erupsi, karena itu masyarakat yang bermukim atau yang beraktivitas di luar jarak radius lima kilometer dari pusat kawah relatif aman. "Potensi bahaya Gunung Anak Krakatau itu menjangkau hingga lima kilometer dari pusat kawah, sehingga masyarakat yang ada di luar lima kilometer itu tetap tenang, termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau)," kata Hendra.