Pakar Ungkap Wabah PMK di Tanah Air, Ini Faktot Utamanya!

wisnu
wisnu
Diperbarui 25 Mei 2022 13:30 WIB
Jakarta, MI – Pakar kesehatan hewan Drh Tri Satya Putri Naipospos menduga wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak yang terjadi di Indonesia imbas dari peningkatan kasus yang terjadi beberapa negara kawasan Asia Tenggara. “Serotipe O, khususnya lineage Ind2001e merupakan yang dominan dalam beberapa tahun terakhir,” kata Tri Satya dalam keterangannya yang diterima, Rabu (25/5). Menurut dokumen Report of the 24th SEACFMD National Coordinators Meeting tahun 2021 pada Website OIE Sub-Regional Representative for Southeast Asia, menampilkan informasi kasus kejadian PMK yang disebabkan oleh virus O/ME-SA/Ind-2001 pertama kalinya di negara Kamboja, setelah sebelumnya juga ditemukan di hampir semua negara tertular PMK di Asia Tenggara. Peningkatan situasi PMK di Asia Tenggara ini, lanjut dia, banyak dilaporkan pada ternak sapi, sedangkan pada ternak lainnya relatif kecil. Dia menjelaskan bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian PMK adalah adanya lalu lintas ilegal ternak antar wilayah dan negara, rendahnya implementasi biosekuriti pada peternakan rakyat, kurangnya sumberdaya manusia, serta dukungan logistik dan anggaran untuk vaksinasi yang tidak memadai. “Kondisi ini meningkatkan risiko kejadian kasus dan penyebaran PMK antar wilayah,” kata dia. Menurut Tri Satya, peningkatan kasus di kawasan Asia Tenggara sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kemungkinan masuknya PMK ke Indonesia. Tri Satya menyebutkan bahwa serotipe yang sama antara virus PMK di Indonesia dengan yang dominan di Asia Tenggara menunjukan bahwa sumber virus dari kawasan tersebut. Introduksi virus, kata dia, bisa melalui berbagai cara, akan tetapi risiko paling tinggi adalah dari lalu lintas ilegal. Dia berharap agar hasil analisis genetik molekuler yang dapat membuktikan sumber virus PMK yang masuk ke Indonesia dapat segera tersedia sehingga menjawab berbagai spekulasi terkait sumber virus PMK yang saat ini terjadi di Indonesia. Tri Satya juga berharap agar Indonesia mulai mempersiapkan diri untuk segera memiliki program pengendalian resmi PMK yang diakui Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan menerapkan pengendalian dan pemberantasan PMK secara bertahap atau disebut Progressive Control Pathway (PCP). “Perlu diterapkan PCP untuk PMK, agar secara bertahap kita bisa kendalikan dan pada akhirnya memberantas PMK di Indonesia," kata dia. Berdasarkan data dari OIE, penyakit PMK di Asia Tenggara mengalami kecenderungan peningkatan pada periode 2020-2022. Hal tersebut tidak terlepas juga dari kontribusi adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya pembatasan kegiatan termasuk berkurangnya sumber daya untuk pengendalian dan penanggulangan PMK.

Topik:

wabah pmk pakar