Tiap Hari Dianiaya, Bocah 12 Tahun Akhirnya Tewas di Tangan Ayah dan Ibu Kandungnya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 30 November 2021 19:25 WIB
Musi Banyuasin, Monitorindonesia.com - Sekilas kejadian ini mengingatkan kita pada petaka serupa yang menimpa bocah malang, Arie Hanggara. Dia tewas di tangan orangtua kandungnya. Berita kematian Arie Hanggara menggegerkan Jakarta kala itu hingga dimuat di semua koran dan beritanya menyebar ke seluruh penjuru nusantara, bahkan kisahnya diabadikan dalam sebuah film drama. Peristiwa serupa terjadi di kelurahan Mangun Jaya, Kecamatan Babat Toman, Musi Banyuasin, Rabu (24/11/2021). Seorang bocah laki-laki bernama Andika Pratama (12) yang keterblakangan mental, tiap hari disiksa oleh kedua orangtua kandungnya hingga akhirnya tewas. Tersangka yang merupakan orangtua kandung adalah Aan Aprizal Bin Arpani dan Samsidar Binti Majid Kusim. Keduanya sudah diamankan pihak Polsek Babat Toman. Di hadapkan penyidik, mereka mengaku telah melakukan penganiayaan terhadap bocah yang merupakan anak kandung nya sendiri. Tersangka mengaku kesal akibat ulah anaknya yang kerap melakukan hal yang tidak wajar. Samsidar tidak menyangkal telah memukul kepala korban dengan gayung plastik, sementara sang ayah juga mengakui telah melakukan kekerasan fisik dengan memukul korban menggunakan selang plastik. Guna mempertanggungjawabkan perbuatannya, kedua tersangka saat ini menjalani proses penahanan di Polsek Babat Toman. Kapolres Musi Banyuasin AKBP Alamsyah Pelupessy melalui Kapolsek Babat Toman AKP Ady Akhyat, saat dikonfirmasi membenarkan telah menangkap kedua pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan korban meninggal dunia. "Benar, kedua tersangka adalah orang tua kandung korban. Sudah diamankan dan tidak ada upaya perlawanan saat penangkapan dan saat dibawa ke Mako Polsek Babat Toman," ujar Alamsyah, Selasa (30/11/2021). Diterangkan Alamsyah, penganiayaan berlangsung selama sepekan sebelum kematian korban dan terus berlangsung setiap harinya. Semuanya terjadi di kamar mandi ketika ibu atau ayahnya membersihkan sisa buang air besar. "Kalau korban BAB sembarangan, dibawa ke kamar mandi. Di sanalah penganiayaan terjadi, setiap hari selama seminggu sebelum korban meninggal," ujarnya. Ironisnya, tidak ada upaya mencegah dari salah satunya agar kekerasan tak terjadi. Saat Samsidar menganiaya, justru Aan ikut-ikutan emosi lalu turut menyiksa Andika. Padahal maslahnya sangat sepele, yakni karena bocah itu yang menderita autis kerap buang air besar sembarangan. Kepada polisi, semua fakta itu diakui kedua tersangka. "Semuanya diakui kedua tersangka, mereka menjelaskan secara jelas, tidak ada yang mengelak," pungkasnya. Dia ungkapkan, masing-masing tersangka akan dijerat dengan pasal berlapis. (Berry)