Pinjol dan Bank Keliling Menawarkan Kemudahan tapi Penagihan Tak Etis

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 12 Agustus 2024 7 jam yang lalu
Ketua DPRD Jawa Barat (Jabar) Taufik Hidayat (Foto: Istimewa)
Ketua DPRD Jawa Barat (Jabar) Taufik Hidayat (Foto: Istimewa)

Bandung, MI - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Taufik Hidayat menyoroti pinjaman online (Pinjol) dan bank emot atau bank keliling. Menurutnya, pinjol dan bank emot dapat menawarkan kemudahan, tetapi seringkali membawa resiko besar seperti bunga tinggi.

"Pinjol dan bank emot mungkin menawarkan kemudahan, tetapi seringkali membawa resiko besar seperti bunga tinggi dan penagihan yang tidak etis," kata Taufik melalui akun Instagram @taufikhidayat_dprd seperti ditukil Monitorindonesia.com, Minggu (11/82024).

Oleh karena itu, Taufik yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Jabar mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengelola keuangan. "Bijaklah dalam mengelola keuangan dan hindari jebakan utang yang bisa merugikan masa depan," serunya. 

Sekadar tahu, bahwa disebut bank keliling karena pemberi pinjaman atau yang bertugas akan berkeliling dari pintu ke pintu untuk memberikan pinjaman atau menarik tagihan.

Bank ini sepertinya sudah menjamur dimana-mana terutama bagi pengusaha-pengusaha kecil, bank ini sudah bukan hal baru lagi, bank plecit ini sebenarnya lebih banyak memberikan kerugian bagi konsumen, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat bunga yang mereka berikan lebih tinggi daripada lembaga atau institusi perkreditan pemerintah. 

Keberadaan bank keliling adalah sebutan bagi lembaga bukan bank atau perseorangan yang meminjamkan uang, biasanya dengan bunga tinggi dan penagihannya dilakukan setiap hari.

Melihat dari kerugian yang ditimbulkan oleh pihak bank keliling namun tidak disadari oleh masyarakat karena bersifat harian ataupun bila mereka menyadarinya mereka seakan tidak peduli demi terpenuhinya kebutuhan mereka esok hari. 

Walaupun masih banyak lembaga perkreditan pemerintah yang bisa membantu mereka seperti koperasi, hanya saja mereka tidak mau untuk memenuhi seluruh prosedur dengan alasan waktu. Bunga tinggi yang ditawarkan oleh bank keliling baik disadari atau tidak oleh masyarakat sesungguhnya sangat merugikan.

Namun dalam hal ini pemerintah sendiri sudah memberikan jalan melalui didirikannya lembaga perkreditan seperti koperasi untuk menolong masyarakat ekonomi lemah tapi mereka sepertinya kurang antusias karena prosedur yang berbelit-belit dan cukup lama. 

Hal ini semakin dipicu dengan melihat tingginya kebutuhan masyarakat akan uang yang membuat mereka kadang berpikir pendek untuk mendapatkan uang dengan cepat. Yang ada dalam benak mereka biasanya agar bisa memenuhi kebutuhan mereka sesegera mungkin tanpa memikirkan untung-ruginya. (Sugiyanto)