Flores Menuju Pulau Panas Bumi


Flores, MI - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menggagas rencana untuk menjadikan Flores, Nusa Tenggara Timur, sebagai "Pulau Panas Bumi" atau Geothermal Island.
Potensi besar energi panas bumi di kawasan tersebut diyakini mampu menggantikan penggunaan bahan bakar diesel yang selama ini mendominasi pasokan energi lokal.
Dalam konferensi pers The 11th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2025 yang digelar di Jakarta pada Senin (13/4/2025), Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa Flores memiliki potensi besar yang bisa dimaksimalkan melalui pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
“Mudah-mudahan, Flores itu Insya Allah kita bisa jadikan Geothermal Island, jadi di situ panas buminya luar biasa,” ujar Eniya Listiani Dewi.
Eniya mengungkapkan bahwa tenaga panas bumi menjadi satu-satunya energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan oleh Flores untuk menjadi pengganti diesel.
Ia telah menimbang opsi energi terbarukan lain seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk dikembangkan di Flores.
Namun, kondisi alam Flores yang cenderung panas dan kering membuat pengembangan PLTA menjadi kurang memungkinkan. Sementara itu, untuk menggantikan konsumsi diesel, instalasi PLTS membutuhkan lahan yang sangat luas, yang menjadi tantangan tersendiri di wilayah tersebut.
“Satu-satunya anugerah dari alam (yang bisa dimanfaatkan) itu panas bumi,” ucap Eniya.
Eniya menilai penting bagi pemerintah untuk menemukan pengganti diesel di Flores, sebab diesel menjadi beban subsidi bagi negara. Dalam satu tahun, untuk di kawasan Flores saja, beban subsidi BBM-nya mencapai Rp1 triliun.
“Itu untuk Flores saja, sekecil itu. Inilah yang mendorong kami untuk bisa menggolkan proyek panas bumi di Flores,” tuturnya.
Namun, masyarakat, organisasi adat, dan kelompok gereja di Flores menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak proyek panas bumi terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.
Demo tersebut telah berlangsung selama berbulan-bulan, sebagai respons dari SK No. 2268 K/30/MEM/2017 Kementerian ESDM yang menetapkan Flores sebagai Pulau Panas Bumi. Sejak penetapan SK tersebut, terdapat sejumlah proyek panas bumi dikembangkan di wilayah Flores, seperti Mataloko (Ngada), Poco Leok, dan Wae Sano.
Eniya pun mengakui adanya aksi protes terhadap proyek-proyek panas bumi di Flores.
“Terus terang, saya sedang didemo di Flores. Kami sedang berkomunikasi intens dengan Pak Gubernur (Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena), mudah-mudahan nanti bisa cair di Flores,” kata Eniya.
Pemerintah terus menjalin komunikasi intensif dengan Keuskupan Ende, serta sejumlah badan usaha terkait seperti PT Sokoria Geothermal Indonesia, PT PLN, dan PT Daya Mas Geopatra Energi.
Eniya menyebutkan bahwa proses komunikasi sejauh ini berjalan lancar. Ia bersama Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, juga merencanakan kunjungan langsung ke NTT untuk menindaklanjuti pembahasan yang telah dilakukan.
“Memang ada sedikit masalah, kami mengakui,” tutupnya.
Topik:
pulau-panas-bumi kementerian-esdm flores nttBerita Sebelumnya
Lantamal X Jayapura: Mengarungi Laut, Merangkul Rakyat
Berita Selanjutnya
Jangan Gagal Paham, Ini Soal Ibadah Bukan Wacana Politik
Berita Terkait

Tak Lagi Khawatir! Kini Warga di 131 Daerah Ini Bebas dari Kekeringan Air
29 Maret 2025 13:55 WIB

Ledakan Dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki Guncang NTT, Status Awas Diberlakukan
21 Maret 2025 08:03 WIB