Festival Layang-Layang Jambi Warnai HUT RI ke-80, WALHI dan BPR Terbangkan Pesan Penolakan Stockpile PT SAS

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 14 Agustus 2025 23:47 WIB
Layang-layang hitam berukuran raksasa dengan pesan “Tolak Stockpile PT. SAS” terbang tinggi di langit Festival Layang-Layang Jambi, 14 Agustus 2025, sebagai simbol protes warga terhadap aktivitas perusahaan yang dinilai merusak lingkungan.
Layang-layang hitam berukuran raksasa dengan pesan “Tolak Stockpile PT. SAS” terbang tinggi di langit Festival Layang-Layang Jambi, 14 Agustus 2025, sebagai simbol protes warga terhadap aktivitas perusahaan yang dinilai merusak lingkungan.

Jambi, MI – Langit sore di Kelurahan Penyengat Rendah, Kota Jambi, dipenuhi warna-warni puluhan layang-layang yang menari bebas di udara. Festival Layang-Layang yang digelar Pemerintah Kota Jambi dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-80 ini berlangsung meriah, menarik perhatian ratusan warga yang memadati tepi Sungai Batanghari, Kamis (14/8/2025).

Meski sungai terbesar di Sumatera itu tampak mulai mengering, semangat warga tak surut. Mereka bersorak menyambut atraksi 78 peserta yang memamerkan kreativitas lewat berbagai bentuk dan motif layang-layang. Ada yang berbentuk naga, burung garuda, hingga replika kapal. Namun, di tengah keceriaan itu, satu layang-layang berwarna hitam pekat mencuri perhatian banyak pasang mata.

Berukuran sekitar tiga meter dengan ekor menjuntai sepanjang 16 meter, layang-layang tersebut membentangkan pesan besar bertuliskan: “Tolak Stockpile PT. SAS”.

Ternyata, layang-layang itu adalah karya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jambi bersama Barisan Perjuangan Rakyat (BPR). Bukan sekadar ikut meramaikan festival, keduanya memanfaatkan momentum ini untuk menyuarakan perlawanan terhadap aktivitas PT. SAS yang mereka nilai merusak lingkungan dan mengancam kesehatan warga.

Suara Perlawanan dari Langit
Direktur WALHI Jambi, Oscar Anugrah, menegaskan bahwa partisipasi mereka dalam festival ini bukan sekadar hiburan. “Layang-layang ini adalah simbol suara rakyat. Kami ingin mengingatkan Pemkot Jambi agar memikirkan nasib warga yang tinggal di sekitar stockpile batu bara PT. SAS,” ujarnya.

Menurut Oscar, kemerdekaan yang dirayakan setiap tahun seharusnya tak hanya bermakna bebas dari penjajahan asing, tetapi juga bebas dari ancaman lingkungan kotor. “Di momentum kemerdekaan ini, rakyat harus merdeka dari polusi dan kerusakan lingkungan yang merusak kesehatan. Kami mendesak Gubernur dan Wali Kota Jambi untuk berpihak pada rakyat, bukan pada pemodal perusak lingkungan,” tegasnya.

Penolakan TUKS PT. SAS
Senada, Ketua Barisan Perjuangan Rakyat, Rahmat Supriadi, menyatakan bahwa festival ini menjadi momen strategis untuk menyuarakan penolakan pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. SAS. Lokasi TUKS tersebut berada di kawasan padat penduduk yang meliputi Kelurahan Aur Kenali, Mendalo Darat, Mendalo Laut, hingga Penyengat Rendah.

“Kami meminta Gubernur dan Wali Kota Jambi untuk tegas menegakkan Perda RTRW yang dilanggar PT. SAS. Segel wilayah TUKS, hentikan seluruh aktivitas, dan lindungi rakyat dari dampak buruk yang nyata,” kata Rahmat.

Ia juga menegaskan bahwa WALHI dan BPR tidak akan mundur. “Kami akan terus mengawal penolakan ini sampai pemerintah menjalankan kewajibannya melindungi hak rakyat atas lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Festival Bernuansa Pesan Lingkungan
Meski sarat pesan protes, kehadiran WALHI dan BPR justru memberi warna tersendiri pada festival tahun ini. Layang-layang hitam raksasa itu menjadi pusat perhatian, bahkan banyak warga yang mengabadikannya lewat ponsel. “Unik sekali, biasanya layang-layang cuma untuk hiasan, tapi ini ada pesan seriusnya,” komentar Yani, warga setempat.

Festival Layang-Layang 2025 ini tak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas, tetapi juga membuktikan bahwa ruang publik bisa menjadi wadah aspirasi rakyat. Dari langit Jambi, suara penolakan terhadap stockpile PT. SAS berkibar, menandai bahwa kemerdekaan sejati tak hanya soal perayaan, melainkan juga perjuangan menjaga bumi dan kesehatan generasi mendatang.

Topik:

Festival Layang-Layang Jambi PT SAS