Deadline Desember, Progres Pelabuhan Mangga Dua Ternate Masih “Pemanasan”

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 22 Agustus 2025 22:08 WIB
Kepala KSOP Kelas II Ternate, Rushan Muhammad (Foto: Dok Jainal Adaran)
Kepala KSOP Kelas II Ternate, Rushan Muhammad (Foto: Dok Jainal Adaran)

Ternate, MI - Progres pembangunan proyek rehabilitasi Pelabuhan Speed Boat di Kelurahan Mangga Dua, Kota Ternate, Maluku Utara, hingga Agustus 2025 masih berada di bawah target 22 persen. Proyek yang digarap dengan anggaran hampir Rp28 miliar ini menjadi salah satu infrastruktur penting penunjang mobilitas masyarakat antar-pulau di Maluku Utara.

Meski capaian belum sesuai harapan, Kepala KSOP Kelas II Ternate, Rushan Muhammad, menyatakan keyakinannya bahwa pekerjaan akan rampung sesuai jadwal kontrak pada akhir Desember 2025. Keyakinan itu didasari kesiapan material utama yang sebagian besar sudah dikerjakan di workshop di Jawa dan segera dikirim ke Ternate.

Saat ditemui Monitorindonesia.com, di Hotel Bela Ternate, Rabu (20/8) pekan ini, Rushan membeberkan realitas di lapangan. Ia tidak menutup-nutupi bahwa progres pembangunan masih tertinggal dari rencana.

“Progresnya sampai hari ini kalo sesuai dengan target itu 22 persen, namun sampai hari ini masih di bawah dari target. Tapi kita masih tetap optimis karena kita masih punya waktu 4 bulan lebih nanti bisa dicapai,” ujarnya.

Ia mengakui secara angka capaian belum ideal, namun secara teknis tidak berarti proyek bermasalah. Menurutnya, sisa waktu empat bulan lebih cukup untuk mengejar target karena pekerjaan besar sebenarnya sudah dipersiapkan.

Bagi KSOP, faktor kunci bukan hanya persentase di laporan, melainkan keterjaminan bahwa pekerjaan besar seperti pembangunan ponton sudah berjalan. Hal inilah yang membuat mereka tetap tenang meski angka progres terlihat rendah.

Lebih lanjut, Rushan menjelaskan bahwa capaian di lokasi proyek kecil karena sebagian besar pekerjaan dilakukan di luar Ternate. Material utama diproduksi di workshop sebelum nantinya dimobilisasi ke lokasi.

“Pekerjaan memang sebagian besar tidak dilakukan di lokasi kegiatan tapi dilakukan di workshop,” katanya.

Dengan sistem ini, pekerjaan memang tidak tampak signifikan di lapangan. Namun, di sisi lain, metode tersebut dinilai lebih efisien karena pengerjaan ponton membutuhkan fasilitas khusus yang tidak tersedia di Ternate. 

Rushan menegaskan, semua hasil kerja di workshop tetap diawasi konsultan resmi. Cara kerja ini lazim dalam proyek pelabuhan. Komponen besar seperti ponton, dermaga, atau jembatan apung sering kali dibuat di luar lokasi dan baru dihitung sebagai progres ketika tiba di lokasi proyek.

Rushan merinci kondisi pembangunan ponton yang menjadi struktur utama dalam proyek. Dari total 10 unit yang direncanakan, baru separuh yang selesai dikerjakan.

“Jadi 8 ponton keberangkatan dan dua ponton kedatangan itu sekarang sudah selesai 5, jadi masih 5 lagi. Diperkirakan nanti akhir Agustus kita sudah memobilisasi yang 6, nanti 6 dipasang kemudian nanti akhir September sisanya 4 itu sekaligus nanti dengan pemancangan,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa mobilisasi ponton dilakukan bertahap karena keterbatasan pengiriman. Namun, tahapan ini sudah masuk perhitungan teknis sehingga tidak akan menghambat penyelesaian proyek.

Bila rencana berjalan mulus, pada akhir September sebagian besar struktur utama pelabuhan sudah terpasang. Setelah itu, sisa pekerjaan akan lebih fokus pada penyelesaian fisik pendukung seperti talud dan pemancangan.

Kata Rushan, inti dari proyek ini memang ada pada pembangunan dan pemasangan ponton. Ia menyebutnya sebagai pekerjaan dengan bobot terbesar dalam kontrak.

“Pekerjaan yang paling besar ialah pekerjaan pembangunan ponton dan kemudian pemasangan itu yang paling besar,” ucapnya.

Dengan demikian, Rushan bilang, keberhasilan mobilisasi ponton sangat menentukan. Bila tahapan ini lancar, maka progres proyek akan melonjak signifikan.

Dalam perhitungan teknis, pemasangan ponton membutuhkan ketelitian dan dukungan cuaca. Gelombang laut, arus, serta faktor keselamatan kerja menjadi aspek krusial agar pemasangan berhasil tanpa hambatan.

Selain ponton, ada pekerjaan lain yang juga penting yaitu pembangunan talud. Rushan menyebut pengerjaan talud dapat dilakukan langsung di Ternate.

“Sedangkan yang lain yang mungkin bisa dikerjakan di sini adalah gugus beton untuk talud, gugus beton untuk talud itu bikistingnya sudah disiapkan. Saya mendapatkan informasi kemarin dari PPK bahwa bikistingnya sudah siap tinggal dilakukan pengecoran,” katanya.

Artinya, sambil menunggu mobilisasi ponton dari Jawa, kontraktor bisa memanfaatkan waktu untuk mempercepat pengerjaan talud di lokasi. Talud berfungsi menahan struktur tanah sekaligus melindungi fasilitas pelabuhan dari abrasi.

Jika tahapan talud berjalan paralel, maka pekerjaan proyek bisa lebih seimbang. Sehingga saat ponton tiba, progres di lokasi sudah cukup jauh.

Rushan menjelaskan metode yang digunakan dalam pengecoran talud. Ia memastikan tidak dilakukan pengecoran manual, melainkan memanfaatkan beton ready mix.

“Karena nanti menggunakan ready mix, karena ready mix kita di sini ada jadi tidak mengecor setempat, tinggal order redimiks kemudian melakukan pengecoran di lokasi yang kita tentukan di pelabuhan,” terangnya.

Penggunaan ready mix dipilih agar kualitas beton lebih terjamin. Selain itu, metode ini lebih cepat karena tidak perlu memproduksi campuran di lokasi.

Keberadaan fasilitas ready mix di Ternate menjadi keuntungan tersendiri. Kontraktor tidak perlu mendatangkan material tambahan dari luar, sehingga dapat menghemat waktu. Untuk durasi pengerjaan talud, Rushan menyebut waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

“Dan jumlahnya juga tidak banyak, itu mungkin estimasi akan dimulai nanti bulan September, jadi dua bulan diperkirakan September, Oktober selesai. Bukan pontonnya, gugus beton,” lanjutnya.

Dari estimasi tersebut, dapat dipahami bahwa pekerjaan talud bisa selesai lebih awal dibandingkan ponton. Dengan begitu, pelabuhan bisa siap menerima pemasangan struktur utama di bulan November.

Kecepatan pengerjaan talud ini akan mengurangi risiko penumpukan pekerjaan menjelang akhir tahun. Selanjutnya, Rushan menegaskan bahwa target utama adalah penyelesaian ponton pada November.

“Sedangkan ponton itu kita estimasi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan itu November. Ponton itu nanti ready di akhir November,” katanya.

Jika sesuai rencana, bulan November menjadi titik balik proyek. Semua struktur utama diproyeksikan sudah terpasang, sehingga Desember tinggal penyelesaian minor.

Namun, Rushan mengingatkan semua masih bergantung pada kelancaran mobilisasi dari Jawa. Ia menyebut mobilisasi material sebagai tantangan paling rentan.

“Mudah-mudahan proses mobilisasi tidak terkendala, karena biar bagaimanapun mobilisasi ini yang agak rentan, karena harus dari Jawa sampai ke Ternate,” ujarnya.

Mobilisasi jarak jauh menggunakan kapal membutuhkan perencanaan matang. Cuaca buruk di laut bisa menunda pengiriman hingga berminggu-minggu.

Oleh karena itu, koordinasi dengan pihak pelayaran menjadi kunci agar mobilisasi tidak menabrak tenggat waktu. Optimis tetap dijaga dengan harapan cuaca mendukung.

“Mudah-mudahan cuaca mendukung kemudian mobilisasi yang kita perkirakan itu satu kali mobilisasi kurang lebih dua sampai tiga minggu. Jadi estimasi November itu sudah terpasang,” tambahnya.

Dengan asumsi mobilisasi berjalan satu kali angkut, waktu tempuh dua sampai tiga minggu dianggap masih aman. Hal ini menjadi dasar keyakinan bahwa target penyelesaian November sangat mungkin tercapai. 

Rushan juga memberikan penjelasan mengenai cara perhitungan progres. Ia menyebut material yang masih berada di workshop Jawa tidak dihitung.

“Jadi perhitungannya adalah bahwa karena material yang di ponton itu dikerjakan di workshop di Jawa itu kita tidak hitung sebagai presentasi capaian progres, karena barangnya tidak ada di sini,” ungkapnya.

Meskipun dokumentasi pekerjaan di workshop lengkap, secara administrasi tetap tidak bisa dianggap progres fisik. Cara perhitungan ini memang sesuai prosedur agar laporan progres benar-benar mencerminkan kondisi lapangan. Ia menambahkan bahwa meski material belum ada di Ternate, pengawasan tetap dilakukan.

“Meskipun di sana secara progres itu terlihat barangnya ada, jadi foto dokumentasi sudah ada lengkap semua karena di sana pun ada konsultan yang melakukan pengawasan,” katanya.

Dengan sistem pengawasan berlapis, kualitas hasil kerja tetap terjamin. Konsultan memastikan setiap tahapan pengerjaan di workshop sesuai spesifikasi. Sehingga ketika material tiba, tidak diperlukan pekerjaan ulang. Rushan optimis, begitu material tiba, angka progres akan langsung melonjak.

“Kita menghitung setelah barangnya ada di sini. Jadi otomatis diperkirakan September itu grafiknya langsung naik sampai 46 persen. Kalau di pertengahan September itu dia sudah melebihi dari perencanaan,” jelas Rushan.

Artinya, hanya dalam satu kali mobilisasi saja grafik bisa melampaui target. Hal ini yang membuat pihaknya tidak terlalu khawatir dengan angka rendah saat ini. Strategi menunggu material tiba untuk dihitung juga memberi kejutan positif saat laporan progres keluar. Ia bahkan menargetkan capaian lebih tinggi.

“Jadi target di pertengahan September itu sekitar 40, dia sudah lebih dari 40 persen begitu mobilisasi yang pertama datang,” ujarnya.

Keyakinan ini muncul karena pekerjaan terbesar sudah selesai dikerjakan di workshop. Tinggal soal pengiriman dan pemasangan. Dengan tambahan talud yang dikerjakan bersamaan, progres bisa makin signifikan. Rushan juga menegaskan bahwa kontrak memberi cukup waktu.

“Jadi di dalam kontrak itu kan otomatis sampai 31 Desember. Jadi kita masih punya waktu 4 bulan lebih, sementara pekerjaan yang besar itu kan pekerjaan pembangunan pontonnya itu yang paling besar, dan sekarang sudah siap 5 itu dikerjakan kurang lebih dua bulan,” kata Rushan.

Dengan perhitungan itu, pihaknya yakin tidak ada alasan untuk molor. Waktu yang tersisa dinilai lebih dari cukup. Hal ini sekaligus menjawab keraguan publik bahwa proyek bisa terlambat.

“Jadi estimasi kita November bisa selesai, kalau memang terlambat di mobilisasi paling dia sampai minggu pertama Desember lah insya Allah bisa selesai,” pungkasnya. (Jainal Adaran)

Topik:

KSOP Kelas II Ternate Pelabuhan Speed Maluku Utara