Partai Nasdem, Hasil Survey, dan Pemilih Rasional

No Name

No Name

Diperbarui 30 November 2022 14:10 WIB
MESKIPUN banyak kalangan yang mempertanyakan apa dampak dari langkah Partai Nasdem mengusung mantan gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebagai calon presiden yang dideklarasikan pada 3 Oktober lalu, namun sejumlah dari hasil survey tampaknya telah memberikan sebagian jawaban atas pertanyaan itu. Pemilihan presiden memang masih sekitar dua tahun lagi, akan tetapi pencapresan Anies kini menjadi perhatian publik karena baru Partai Nasdem yang secara terbuka mengumumkan calon presidennya. Padahal, partai pimpinan Surya Paloh itu belum bisa memastikan koalisi parpol pengusung Anies karena partai tersebut belum memenuhi syarat untuk mengusung calon presiden sendiri tanpa berkoalisi. Tidak ada jaminan kalau Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera, misalnya, akan bergabung mengusung Anies. Kendati demikian, meskipun Anies sebenarnya masih berstatus bakal calon presiden, ternyata hasil survey menunjukkan adanya peningkatan elektabilitas Partai Nasdem usai "pencapresan" tersebut. Hasil itu terungkap dalam temuan survei Charta Politika pada periode November 2022. Tingkat elektoral partai itu berada di angka 6,0 persen. Padahal, pada survei Charta Politika yang dirilis September lalu, Nasdem hanya mengantongi elektabilitas 4,8 persen, atau terpaut 1,2 persen dengan hasil survei terbaru. Sementara itu, pada Juni 2022, elektabilitas Nasdem di angka 5,3 persen dan mencatat 5,1 persen pada survei April 2022. "Karena itu ada kecenderungan angka itu merupakan yang tertinggi yang didapatkan oleh Nasdem selama tahun 2022," kata Direktur Eksekutif Charta Politika dalam tayangan YouTube Charta Politika Indonesia, Rabu (30/11. Dia menambahkan, peningkatan angka elektoral ini bisa jadi dipengaruhi oleh langkah Nasdem mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres). Apalagi, setelah deklarasi pencapresan bulan lalu, jajaran Partai Nasdem di berbagai daerah langsung bergerak melakukan upaya-upaya pemenangan, yang juga melibatkan Anies Baswedan. Baru-baru ini Anies juga hadir di perhelatan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Palu, Sulawsi Tengah, yang turut dihadiri mantan Wapres Jusuf Kalla. Oleh karenanya, kata Yunarto, ada kemungkinan pencapresan Anies memberikan dampak elektoral atau efek ekor jas terhadap Nasdem. Pertanyaan menarik adalah, kalau pencapreasan Anies menaikan elektablitas Partai Nasdem, lalu bagaimana dengan elektabilitas Anies?. Lembaga Voxpol Center Research and Consulting baru-baru ini merilis hasil survei terkini terkait figur calon presiden (capres). Hasilnya menunjukkan bahwa Anies Baswedan, meski belum resmi jadi capres karena belum terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), unggul dibandingkan tokoh lainnya dalam kategori top of mind elektabilitas capres. "Pak Anies 23,6 persen, Ganjar 22 persen, orang yang jawab secara langsung yang terekam di benak publik ketika kita tawarkan siapa presiden, mereka jawab secara refleks," kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago dalam rilis survei terbarunya. Menurutnya, posisi kedua top of mind masyarakat terkait capres setelah Anies diduduki oleh Ganjar Pranowo dengan 22 persen elektabilitas. Kemudian, posisi ketiga ada Prabowo Subianto dengan 18,6 persen elektabilitas. Tapi yang tidak tahu dan tidak jawab cukup besar, masih menyembunyikan pilihan 17,2 persen, tambah Pangi. Akan tetapi, masih menurut hasil survey, ternyata pemilih yang disurvey punya karakter tersendiri dalam menjatuhkan pilihan mereka sehingga tidak mudah untuk melihat siapa capres paling berpeluang memenangkan pemilihan presiden 2024. Pangi mengatakan temuan terbaru dari lembaga survei yang dipimpinnya menunjukkan adanya perbedaan mencolok karakter pemilih antara Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Pemilih Anies memilih berdasarkan alasan rasional dengan melihat prestasi dan kinerja dan Ganjar dipilih berdasarkan alasan sosiologis sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat menjadi pertimbangan utama. Sedangkan Prabowo dipilih karena faktor psikologis dimana sikap tegas pemimpin menjadi pertimbangan utama. "Dalam temuan survei ini, ketika kita tanya ke responden apa alasan ibu/bapak/saudara memilih calon presiden, sebesar 21,2 persen menjawab Anies Rasyid Baswedan adalah gubernur berprestasi. Dalam model pertanyaan yang sama, sebesar 42,0 persen menjawab Ganjar Pranowo dekat dengan rakyat, sementara Prabowo Subianto sebesar 35,4 persen dipilih karena dianggap pemimpin yang tegas," ujar Pangi. Artinya, segmen pemilih rasional menentukan pilihan politiknya atas dasar pertimbangan integritas, kapasitas dan kompetensi sehingga rekam jejak kandidat menjadi pertimbangan yang sangat penting. Pemilih dalam melakukan penilaian terhadap kandidat harus memiliki informasi seputar “rekam jejak” kandidat di masa lalu dan memproyeksikannya di masa akan datang tentang apa saja kemungkinan besar yang dapat kandidat lakukan dan apakah itu membawa keuntungan bagi pemilih atau tidak. Pemilih akan cenderung memilih mana yang paling membawa keuntungan dan manfaat paling besar bagi dirinya (persamaan kepentingan), katanya. "Hal ini berangkat dari asumsi pemilih tak ubahnya konsumen yang selalu berperilaku memaksimalkan manfaat yang didapatkan (utility maximation) dari setiap proses transaksi dan model ini menjelaskan bahwa proyeksi masa depan dan evaluasi atas “rekam jejak” kandidat menjadi poin penting pemilih dalam menentukan pilihan politik, ujar Pangi. Oleh karena itulah dia menyimpulkan bahwa kandidat yang berprestasi menjadi pilihan paling objektif di segmen ini. Janji politik yang sifatnya wacana dan sebatas angan-angan sangat tidak relevan mempengaruhi pemilih yang rasional dan pada akhirnya pemilih lebih percaya bukti bukan janji. Hanya saja, tentu politik memiliki logikanya sendiri karena politik adalah seni kemungkinan yang bisa saja berubah setiap saat. Artinya, faktor rasionalitas saja tidak cukup, apalagi kalau nantinya partai pengusung tidak memeuhi syarat ambang batas di KPU ketika proses pemilihan presiden dimulai.