Safari Politik Anies Menuju Pilpres 2024 dan Ketidakjelasan Wacana Koalisi Perubahan

No Name

No Name

Diperbarui 5 Desember 2022 16:12 WIB
John A. Oktaveri/Jurnalis Senior Monitor Indonesia Jakarta, MI - Meski deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden oleh Partai NasDem telah berjalan lebih dari dua bulan, namun kepastian satu atau dua partai lain untuk berkoalisi dengan partai politik pimpinan Surya Paloh itu belum jelas, agar persyaratan ambang batas pencalonan presiden terpenuhi sebagaimana diatur dalam aturan pemilu. Dengan demikian, keinginan NasDem mengusung Anies sebagai calon presiden bisa kandas di tengah jalan kendati mantan gubernur DKI Jakarta itu terus berkeliling ke seluruh Indonesia. Anies telah memulai safari politiknya ke sejumlah provinsi termasuk ke Provinsi Nagre Aceh Darussalam dan Sumatera Barat dan sejumlah provinsi lainnya untuk memperkenalkan dirinya ke publik. Padahal, pada awalnya, koalisi untuk mengusung Anies yang diinisiasi oleh NasDem pada 3 Oktober itu rencananya akan menggandeng Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Rencana deklarasi Koalisi Perubahan pada 10 November lalu pun gagal. Alasannya, banyak hal belum disepakati, mulai dari masalah cawapres hingga hal-hal teknis lain. Belum lagi muncul wacana dari PKS untuk membuka peluang "rujuk koalisi" dengan Partai Gerindra di Pemilu 2024. Kalau koalisi PKS dengan Gerindra terwujud maka hampir dipastikan Anies akan kehilangan tiket untuk maju sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilu 2024 melalui Koalisi Perubahan yang digadang-gadang sebelumnya. Bukan tidak mungkin koalisi kedua partai itu, kalau terwujud, juga akan "menggoda" Partai Demokrat untuk hengkang dan mencari jalannya sendiri dan bisa saja tidak tertarik lagi dengan ajakan Partai NasDem untuk berkoalisi. Perlu dicatat sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan partai pimpinan Prabowo Subianto itu terbuka untuk kembali berkoalisi di 2024. Pernyataan Fadli Zon direspons positif oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Seperti gayung bersambut, Syaikhu menyebut peluang PKS untuk rujuk dengan Gerindra masih sangat terbuka mengingat dinamika politik yang saat ini terus bergerak dinamis. Catatan lainnya menunjukkan, selain di tingkat nasional dalam dua pilpres terakhir, PKS dan Gerindra juga beberapa kali bekerja sama di daerah seperti Pilkada DKI Jakarta, Sumatera Barat hingga Jawa Barat. Diperlukan sikap tegas Anies dan Partai Nasdem NasDem di atas kertas sebenarnya telah menyerahkan pilihan cawapres kepada Anies. Namun tentu tidak mudah bagi Anies untuk menjatukan pilihan karena dia bukan ketua umum partai dan bukan juga seorang konglomerat yang punya modal kuat untuk membiayai pemilu. Karena itu, agaknya, koalisi itu menjadi mandek karena selain Anies belum bisa meyakinkan calon koalisi untuk menciptakan pasangan capres-cawapres, sikap Nasdem yang tidak tegas dari awal untuk memastikan jagoannya akan maju sebagai capres melalui Koalisi Perubahan juga dipertanyakan. Pertanyaan juga tertuju pada langkah tarik ulur NasDem dan Anies yang sejak awal tak kunjung menerima proposal PKS maupun Demokrat. Padahal, PKS dan Demokrat sejak awal telah meminta agar Koalisi Perubahan segera menentukan skema capres-cawapres, termasuk platform koalisi. PKS dan Demokrat pun sebenarnya sudah memiliki portofolio pemerintahan, skema logistik, hingga pelaksanaan sosialisasi dan kampanye Pemilu 2024. Artinya, jika Nasdem dan Anies masih mengulur-ulur waktu dan menebar janji-janji politik yang tidak sesuai dengan kehendak calon mitra koalisinya maka tidak salah pula kalau Demokrat atau PKS akhirnya banting setir ke skema koalisi lain. Tidak ada kawan yang abadi di dunia politik, sehingga bisa saja partai pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu mencari mitra koalisi yang lebih menawarkan kepastian dan tidak punya risiko elektoral yang besar. Apalagi rekam jejak koalisi itu justru berkebalikan dengan rekam jejak koalisi PKS dan NasDem. Sejak didirikan pada 2011, NasDem praktis belum pernah bekerja sama dengan PKS di tingkat nasional dan di tingkat daerah pun hampir tidak ada. Sepertiya rekam jejak itu membuat NasDem dan PKS, termasuk Demokrat saat ini masih melakukan tarik ulur soal koalisi sehingga safari politik Anies ke sejumlah daerah masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mendapatkan tiket untuk capres. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan penentuan capres dan cawapres, termasuk koalisi pada Koalisi Perubahan akan ditentukan pada menit-menit terakhir mengingat situasi politik masih dinamis kendati waktu terus berjalan.