Urgensi Komunikasi “Tatap Muka” di Era Komunikasi Bermedia

No Name

No Name

Diperbarui 11 Oktober 2023 21:49 WIB
Oleh: Dr. Martua Sihaloho/Dosen Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Kristen (FISHK), Sekretaris Program Studi S3 Teologi – Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri Tarutung (IAKN) – Sumatera Utara KOMUNIKASI merupakan proses yang mampu menghubungkan setiap individu dengan individu lain, kelompok lain, ataupun berbagai pihak lain (tanpa membatasi ruang dan jarak tertentu), (Lubis et. al, 2022). Pada prinsipnya, hampir semua aktivitas seseorang (kecuali tidur-istirahat) adalah berkomunikasi. Penelitian di Amerika menunjukkan, sekitar 70 persen aktivitas mahasiswa selama dia bangun adalah berkomunikasi. Begitu banyaknya kita berkomunikasi, sehingga dikatakan manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (Lubis et. al, 2022). Dalam hal ini, tentu saja tidak mempermasalahkan apakah tanpa media ataupun bermedia. Komunikasi bermedia merupakan proses yang mampu menghubungkan setiap individu dengan individu lain, kelompok lain, ataupun berbagai pihak lain dengan menggunakan media diantaranya Telp, Smartphone dengan segala fasilitasnya, Televisi, Radio, dan media massa lainnya. Komunikasi bermedia ini menjadi bagian penting dalam berbagai interaksi setiap orang. Salah satu aktivitas utama yang dilakukan pada masa Pandemi Covid-19 (utamanya pada periode Maret 2020 sampai Februari 2022 – selama dua tahun) adalah komunikasi bermedia. Dalam derajat tertentu, disadari sepenuhnya sangat bermanfaat karena berbagai kegiatan dan pekerjaan dapat dicapai melalui komunikasi bermedia. Namun, sejatinya pun disadari bahwa dalam banyak hal “esensi sesungguhnya” dalam berkomunikasi itu belum bisa tercapai dengan cemerlang, bahkan untuk kategori baik pun sulit dicapai. Mengapa? Karena masing-masing pribadi, telah terbiasa dengan komunikasi “tatap muka”, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk beradaptasi menggunakan media, di samping belum tersedianya alat komunikasi bermedianya. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi bermedia sebagai sebuah implementasi penggunaan teknologi komunikasi, sudah sangat membantu dan memudahkan banyak kegiatan-kegiatan, pekerjaan, dan hal lainnya yang sifatnya memberikan efisiensi daefektivitas dalam banyak hal. Akan tetapi, sejatinya komunikasi “tatap muka” tetaplah menjadi jenis komunikasi tradisional yang ampuh dan sangat ampuh dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi yang sesungguhnya. Dalam hal ini, ingin disampaikan adalah bahwa komunikasi “tatap muka” menjadi kunci utama banyak kesuksesan dari semua penduduk di dunia ini tentu hal ini mempertimbangkan dari interaksi yang sifatnya individu vs individu, individu vs kelompok, dan bahkan kelompok vs kelompok. Misalnya saja, pertemuan langsung (“tatap muka”) antar pejabat Negara di suatu tempat atau Negara akan memberikan banyak simbol berikut implikasinya yang memungkinkan kedua Negara bisa saling bekerjasama (bilateral) dan sangat memungkinkan juga menjadi simbol “perdamaian” yang implikasinya juga untuk “perdamaian dunia”. Demikian juga pada level organisasi, kelompok, utamanya keluarga dan interaksi pertemanan lainnya. Komunikasi langsung secara bertatap muka memastikan komunikasi dapat terlaksana dengan lebih baik dan selanjutnya menghasilkan umpan balik yang diharapkan untuk mewujudkan berbagai tujuan (dalam hal ini termasuk “ekspektasi” dari setiap proses-proses interaksi/komunikasi). Sisi lain dari komunikasi tatap muka langsung (saat ini dikenal dengan istilah, “kopi darat”), pun dialami dan bahkan dirindukan oleh banyak kalangan. Hal ini dapat dilihat dari “Fenomena Reuni”, yang kerap dilakukan oleh berbagai kelompok/komunitas/pihak, seperti Alumni TK sampai Perguruan Tinggi, Komunitas-komunitas Kecil di masa-masa Studi dan bahkan teman bekerja, “memiliki nama yang sama”, dan lain-lain. Reuni dengan tatap muka langsung ini, memiliki kesan spesial bagi para pesertanya. Secara khusus di level keluarga, tentu akan sangat baik apabila komunikasi yang dilakukan lebih dominan adalah tatap muka langsung. Misalnya, Ibadah Keluarga, Makan Bersama, Olahraga Bersama, menikmati “quality time”, dan sejumlah kebersamaan lainnya secara langsung. Hal ini dipandang penting, dapat meningkatkan kualitas komunikasi dan implikasi lanjutannya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, meskipun komunikasi bermedia menjadi “budaya baru” berkomunikasi, utamanya dalam tiga tahun terakhir ini, komunikasi tradisional “tatap muka” juga memiliki “tempat dan arti” tersendiri bahkan sangat spesial dan tidak tergantikan bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hal ini adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dalam berinteraksi. Semoga! Disclaimer: Monitorindonesia.com tidak bertanggung-jawab atas kiriman artikel langsung dari pembaca dalam rubrikasi forum atau opini. #Urgensi Komunikasi
Opini Terkait