Pameran Tunggal "Kartun Agawe Rukun" Karya Non-o

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 16 Juli 2023 14:55 WIB
SOSOK Non-o atau nama aslinya Sudi Purwono, adalah seorang kartunis freelancer yang tangguh sejak masa jaya-jayanya media cetak (era tahun 1980 an hingga awal tahun 2000 an). Dulu hampir semua media cetak (koran dan majalah) selalu ada dimuat karya-karyanya, karya editorial cartoon, kartun humor, ilustrasi. Seperti ilustrasi di koran Kompas Minggu pada rubrik artikel psikologi Leila Ch Budiman, atau ilustrasi cerita bersambung berjudul "Cemplon" di koran sore Suara Pembaruan Minggu, yang cerita ini juga pernah disinetronkan secara bersambung di RCTI. Juga banyak karyanya muncul di majalah Humor saat itu. Non-o adalah kartunis kelahiran tahun 1950 an dari kota gudeg, kota gudangnya seniman, Yogyakarta. Ada cerita dari sahabatnya bahwa, pada saat Non-o remaja sudah hobi gambar menggambar, tetapi tidak direstui oleh orang tuanya, makanya kalau sedang mengerjakan karya gambar menggambar, Non-o "lari" ke luar rumah dan mengerjakannya di sebuah makam "Semaki" di kota Yogyakarta. Sosok kartunis ini akhirnya bisa lulus dari SSRI (Sekolah Seni Rupa Indonesia) sekarang namanya SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa/SMKN 3 Yogyakarta), dan melanjutkan ke STSRI ASRI jurusan Reklame (sekarang FSR ISI Yogakarta). Akhir tahun 1970 an mulailah hijrah ke Jakarta dengan keterampilan/skill menggambar yang mumpuni, berjuang tangguh hingga karya-karya kartunnya "melanglang" dimuat di berbagai media cetak di Jakarta. "Kartun Agawe Rukun" Menurut Non-o kenapa tajuk/tema tersebut yang diangkat? Karena menurutnya adalah sebuah karya kartun itu bisa membuat kita semua bisa bersatu, rukun, tidak "congkrah". (Rukun agawe sentosa, crah agawe bubrah) yang artinya rukun membuat sentosa, bahagia. Berantem/"crah" tidak rukun membuat rusak, bercerai berai. Semua karya yang dipamerkan ada 122 an, yang terdiri dari 30 karya kartun, dan lainnya karya lukisan dan ilustrasi. Sangat disayangkan, jumlah karya kartun hanya ditampilkan 30 persen dari jumlah semuanya yaitu 122 karya yang mestinya karya kartun jumlahnya lebih dominan atau lebih banyak dibandingkan karya lukisan dan ilustrasinya. Karena memang dalam tajuk pamerannya disebut sebagai "Kartun Agawe Rukun". Maka dari itu penulis lebih mencermati bahwa pameran tersebut ibarat sebuah pameran "retrospeksi" Non-o yang menampilkan karya Kartun, Lukisan dan ilustrasi, meski pun rata-rata karya baru. Kartun sebagai kritik sosial Seorang kartunis seperti Non-o yang sudah sangat pengalaman dalam hal teknis maupun pengalaman "bergaul" dengan media cetak, tentunya paham banget bahwa karya kartun berfungsi sebagai kritik sosial dalam dinamika kehidupan masyarakat, manakala menyoroti hal-hal yang memang pantas untuk dikritisi. Misalnya masalah tindak korupsi oleh para pejabat, politisasi di KPK dan lain-lain. Pernah dulu karya karikatur Non-o (sekita tahun 1990 an) mengkritisi pelayanan Garuda Indonesian Arways yang sangat buruk (digambarkan seekor burung Garuda yang pesakitan "bengek" dan diinfus dengan "cairan pelayanan" dimuat di koran Suara Pembaruan Minggu, Jakarta. Saat itu pihak Garuda tersinggung dan tidak mau mengangkut koran Suara Pembaruan ke berbagai kota. Meski pada akhirnya kedua belah pihak berdamai, dan koran Suara Pembaruan mulai diangkut lagi dengan pesawat Garuda. Seorang maestro kartun Indonesia, GM Sudarta (almarhum) mengatakan bahwa: "Kartun bukan untuk berevolusi". Tetapi lebih berfungsi dan punya visi perbaikan. Karya lukisan abstrak dan ilustrasi Kenapa Non-o juga berkarya dan menampilkan lukisan-lukisan abstraknya? Bisa jadi ini sebuah coba-coba atau memang sengaja ingin berkarya melukis sebagai ungkapan jiwa pada seni murni. Karena proses cipta karya kartun dan melukis itu sangat beda banget. Membuat kartun editorial, konsep/gagasan lebih terkonsep dengan tema dan apa yang akan dikritisi, sementara melukis, mengekspresikan suara jiwa. Apalagi karya lukisan Non-o hampir semuanya abstrak. Menurut FX Mulyadi, dalam pidato pembukaannya mengatakan, menurut Paul klee (pelukis abstrak) mengatakan bahwa melukis abstrak adalah mengungkapkan yang tidak kelihatan menjadi kelihatan/terwujud. Lukisan karya Non-o menggunakan akrilik di atas kanvas, dengan banyak air (teknik aquarel) dengan bidang-bidang lebar, kemudian dimunculkan kadang warna ya dominan dalam bidang yang kecil, sehingga terlihat ada "eye catching" yang tidak monoton untuk dilihat mata. Sementara karya ilustrasinya, Non-o banyak menampilkan figur atau sosok wajah-wajah perempuan cantik gemulai, dengan ekspresi wajah yang manja menawan. Dihiasi dengan ornamen-ornamen bunga, burung dan lain-lain. Kelebihan Non-o dalam hal teknis adalah goresan aliran garis yang selalu lembut dan dirasakan dengan hati. Hal ini juga sangat terlihat di karya kartunnya. Pameran berlangsung dari 11 Juli -19 Juli 2023, di gedung Balai Budaya, jalan Gereja Theresia 47, Jakarta Pusat. Selamat berpameran Non-o ! (Gatot Eko Cahyono, wartawan, dan pemerhati seni)
Berita Terkait