Fadli Zon Usul Nama Stadion JIS Jadi Stadion Bung Hatta, Ini Alasannya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 22 Juni 2022 18:10 WIB
Jakarta, MI - Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fadli Zon mengusulkan nama Jakarta International Stadium (JIS) diubah menjadi Stadion Bung Hatta. "Saya usul namanya STADION BUNG HATTA," kata Fadli lewat akun Twitter miliknya seperti dikutip Monitor Indonesia.com, Rabu (22/6). Alasan pengusulan nama JIS jadi Bung Hatta, menurut Fadli, karena Bung Hatta adalah tokoh proklamasi Indonesia kedua setelah Soekarno (Bung Karno). "Kita sudah punya "Gelora Bung Karno", padahal Proklamator itu dwitunggal, jadi cocok kalau menghargai Bung Hatta. Nama Thamrin sudah jadi jalan protokol terbesar," kata eks Wakil Ketua DPR RI itu. Diketahui, nama Jakarta Internasional Stadium (JIS) diusulkan sejarawan J.J Rizal diganti menjadi Stadion M.H Thamrin. Nama JIS dinilai bermasalah dan melanggar Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 karena menggunakan bahasa Inggris. Usulan Rizal mengganti nama JIS menjadi Stadion M.H Thamrin disampaikan melalui situs resmi change.org. Petisi yang dibuat sejak Senin (30/5) itu sudah ditandatangani 5.731dari target 5.700 orang hingga Senin (20/6). Rizal mengungkap alasan mengganti nama JIS menjadi Stadion M.H Thamrin. Rizal mengatakan bahwa M.H Thamrin merupakan pahlawan nasional dan tokoh Betawi asli Jakarta serta mempunyai visi sepak bola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan. "Visi sepak bola Thamrin tumbuh dari kampung-kampung. Ia melihat sepak bola Pribumi bermutu tapi didiskriminasi. Ia selalu gunakan posisinya di Gementeraaden (Dewan Kota) dan Volksraad (Dewan Rakyat), untuk menyuarakan isu ini," kata Rizal dikutip pada situs change.org. Selain itu, menurut Rizal, M.H Thamrin melihat sepak bola sebagai medium gerakan kebangsaan. Bahkan, visi sepak bola M.H Thamrin terbukti di negeri jajahan. Rizal menilai profesionalisme M.H Thamrin tersebut tumbuh karena para pemain merumput dengan keyakinan mempertaruhkan sejarah dan kultur sepak bola sejak diterima di negerinya, yaitu sebagai counter culture kolonialisme. Dari sini kata dia, M.H Thamrin membangun sepak bola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan sehingga Jakarta menjadi ibu kota sepak bola Indonesia. "Darma bakti dan warisan Thamrin begitu besar kepada sepak bola serta jadi utang budi tak ternilai. Seharusnya ini cukup menggugah kesadaran buat mencicil," kata dia.

Topik:

JIS