Isu Jokowi Jadi Ketum PDIP, Ganjar Pranowo: Waspada Penumpang Gelap

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 31 Oktober 2022 10:55 WIB
Jakarta, MI - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta publik waspada, akan hadirnya penumpang gelap di balik isu Jokowi jadi ketua umum PDIP. Menurutnya, ada upaya adu domba di balik isu itu, yang ingin menciptakan disharmoni hubungan di partai tersebut. "Saya meminta semua mewaspadai adanya penumpang gelap, yang ingin menciptakan disharmoni hubungan di tubuh PDIP. Agar siapa pun tidak membuat gerakan yang merusak nama baik seseorang," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Minggu (30/10). Ganjar menegaskan ia dan Presiden Jokowi merupakan orang PDIP yang sangat paham aturan dan relasi di dalam tubuh partai tersebut. "(Ide Jokowi Ketum PDIP) itu sebuah kengawuran dan imajinasi dari seorang yang tidak mengerti aturan di PDI Perjuangan, yang tidak mengerti relasi di antara kami di dalam partai dan sangat sembrono," ujarnya. Menurut Ganjar, mengenai suksesi ketua umum, kongres partai sudah mengaturnya dengan sangat rapi. Sehingga, kata Ganjar, ide Jokowi merebut tampuk kepemimpinan PDIP itu tidak benar. "Itu sangat ngawur. Pak Jokowi bukan tipe yang seperti itu," ungkapnya. Karena itu, Ganjar pun mengajak seluruh pendukung Presiden Jokowi meng-counter isu tersebut agar tidak menjadi bola liar. "Saya kira yang seperti ini mesti dicermati. Apakah ini ide pribadi atau seruan orang? Kita yang sejak awal mendukung Pak Jokowi di dalam pemerintahan tentu harus segera meng-counter orang-orang semacam ini agar tidak terpancing situasi yang mengadu domba," tuturnya. Menurut Ganjar, nuansa penumpang gelap dan adu domba juga telah tercium pada kejadian beberapa waktu lalu. Di mana saat itu ada sekelompok orang mengaku sebagai relawan Ganjar, yang mendesak KPK mengusut Ketua DPR RI Puan Maharani dalam kasus KTP elektronik. Lebih lanjut, Ganjar pun meminta agar relawan manapun tidak menggunakan strategi politik kotor. Terutama menjelang Pilpres 2024 nanti. "Saya ingin menyampaikan relawan manapun atau siapapun, satu agar tidak menjelek-jelekkan orang. Dua tidak mendiskreditkan orang. Tiga juga tidak mendiskreditkan partai-partai," pungkasnya.