Terbongkar! Anies Tak Punya Uang Saat Cagub 2017 hingga Perjanjian dengan Prabowo 

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 6 Februari 2023 20:26 WIB
Jakarta, MI - Eks Timses Anies-Sandi di Pilkada DKI 2017 sekaligus Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar, Erwin Aksa membeberkan capres pilihan Partai NasDem itu punya utang Rp 50 miliar ke Sandiaga Uno. Menurut dia, uang tersebut dibutuhkan agar roda logistik lancar dalam memenangkan Pilgub DKI 2017. Surat perjanjian utang-piutang ini disusun oleh Rikrik Rizkiyana, pengacara Sandiaga saat itu. "Itu memang waktu putaran pertama, ya. Logistik juga susah. Jadi, ya, yang punya logistik kan Sandi. Sandi kan banyak saham, likuiditas bagus, dan sebagainya. Ya ada perjanjian satu lagi, yang saya kira itu yang ada di Pak Rikrik itu," kata Erwin dalam wawancara di akun YouTube Akbar Faizal dikutip pada Senin (6/2). "Intinya kalau tidak salah itu perjanjian utang piutang barangkali ya. Ya pasti yang punya duit memberikan utang kepada yang tidak punya duit. Kira-kira begitu. Karena yang punya likuiditas itu Pak Sandi kemudian memberikan pinjaman kepada Pak Anies," sambungnya. Menurut Erwin, situasi logistik saat putaran pertama Pilkada DKI 2017 masih cenderung sulit. Dia menyebut nominal utangnya mencapai Rp 50 miliar. Karena waktu itu, tambah dia, putaran pertama namanya juga lagi tertatih-tatih. "Jadi kira-kira begitu. Yang itu saya lihat. Dan itu ada di Pak Rikrik. Nilainya berapa, ya, Rp 50 miliar barangkali. (Apakah sudah lunas?) Saya kira belum barangkali, ya," ujar dia. Dipegang Lawyer Sandiaga Erwin juga mengatakan dirinya hanya melihat perjanjian itu. Dia mengatakan surat terkait perjanjian utang-piutang itu ada di tangan Rikrik. "Saya hanya melihat. Yang megang semuanya lawyer-nya Pak Sandi namanya Pak Rikrik," kata Erwin Aksa saat dihubungi. "(Rikrik) bukan hanya mengetahui. Yang menyimpan perjanjiannya ya Pak Rikrik. Saya cuma melihat aja. Saya juga nggak ngerti kok ada perjanjian itu," imbuhnya. Erwin mengaku tak tahu-menahu kelanjutan dari perjanjian utang-piutang itu pada saat ini. "Iya waktu saya lihat segitu (Rp 50 miliar). Saya nggak tahu sekarang. Nggak tahu kalau itu (perjanjian masih berlangsung atau tidak)," ujarnya. Anies Tak Punya Uang  Ketua Timses Anies Baswedan, Sudirman Said mengakui kalau memang ada perjanjian antara Anies dan Sandiaga. Kata dia, saat di Pilkada DKI Jakarta 2017 Anies memang tidak punya uang. "Kemudian ada perjanjian utang piutang dengan Pak Sandi dan Pak Anies. Karena pada waktu itu Pak Anies tidak punya uang," ungkapnya. Akan tetapi dalam perjanjiannya, dikatakan bahwa, kalau pilkadanya menang, utang piutangnya selesai. Jadi, menurut dia, itu dianggap bukan sebagai utang. Tak Dengar Isu Perjanjian Pilpres Anies-Prabowo Sementara itu dia tidak pernah mendengar soal isu perjanjian Pilpres antara Anies Baswedan dengan Prabowo Subianto. Namun dirinya mengungkapkan kalau saat itu Prabowo sempat berdiskusi agar Anies bersedia jadi wapres pendampingnya. "Dan berkali-kali saya diskusi, jawaban beliau (Anies), saya akan fokus ngurus Jakarta. Karena itu di pemilihan (Pilpres 2019) saya tidak ikut," katanya. "Karena itu pada waktu wawancara Mata Najwa kalau tidak salah, diputar-putar ulang kan, bahwa dia (Anies) tidak akan menjadi penghalang Pak Prabowo, akan terus duduk menyelesaikan tugas di Jakarta, dan itu sudah ditunaikan," sambungnya. Sudirman mengaku tidak tahu apa yang dimaksud Sandiaga Uno terkait perjanjian politik antara Anies dengan Prabowo. "Mudah-mudahan beliau (Sandiaga) keliru ya," harapnya. NasDem Tak Tahu Ketua DPP Partai NasDem Effendi Choirie alias Gus Choi menyatakan bahwa partainya tak tahu adanya utang Anies Baswedan kepada Sandiaga Uno sebesar Rp 50 miliar. Gus Choi pun meminta agar permasalahan itu bisa diselesaikan secara internal antara Sandiaga Uno dan Anies Baswedan saja. "Saya gak tau, biarkan urusan mereka, diselesaikan mereka," ujar Gus Choi, Senin (6/2). Lebih lanjut, Gus Choi menuturkan isu tersebut dipastikan tak menyurutkan partai NasDem untuk mengusung Anies Baswedan menjadi capres 2024. "Gak ada (ganjalan Anies jadi capres)," jelasnya. Perjanjian Anies-Prabowo  Sementara terkait perjanjian Prabowo dengan Anies sebelumnya diungkapkan Sandiaga Uno. Dalam tayangan podcast Akbar Faisal Uncencored, Sandiaga mengatakan bahwa perjanjian tersebut tertulis dan dibuatkan oleh Fadli Zon. “Tertulis dan untuk episode itu saya mengusulkan Bang Akbar mengundang Fadli Zon. Karena dia yang mendraft dan dia yang menulis tangan itu,” kata Sandiaga Uno. Ia menjelaskan bahwa perjanjian itu berkaitan dengan beredarnya potongan video Anies bicara tak akan maju pilpres jika Prabowo juga maju sebagai capres. Kala itu, Sandiaga menjadi Wakil Anies untuk maju di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Yang pada akhirnya sempat menimbulkan kebuntuan di internal Partai Gerindra. Kemudian atas kebuntuan tersebut dibentuklah sebuah perjanjian tertulis oleh Fadli Zon. Ia menjelaskan bahwa perjanjian itu berkaitan dengan beredarnya potongan video Anies bicara tak akan maju pilpres jika Prabowo juga maju sebagai capres. “Terus terang waktu itu sempat ada kebuntuan dan sosok sosok Fadli Zon itu yang mungkin cukup sentral untuk akhirnya melihat, merumuskan dan meramu dari 3 kubu itu,” tuturnya. "Waktu itu kan ada saya, Pak Prabowo dan Pak Anies. Dan dia yang membuat itu dalam sebuah perjanjian yang dia tulis tangan sendiri,” sambungnya. Ketika ditanya lebih rinci soal isi perjanjian tersebut, Sandiaga enggan menjawab lebih jauh. Ia hanya menyarankan agar Fadli Zon yang mengungkap secara detil isi perjanjian tersebut. Sebab, kata Sandiaga, dirinya tidak memegang salinan dari perjanjian tersebut. “Detailnya nanti Pak Fadli. Dan memang ada beberapa poin. Dan ini cukup detail apa yang disepakati termasuk juga berkaitan dengan, karena itu di awal dari koalisi dan di awal dari penentuan paslon, jadi juga melingkupi tahapan-tahapan ke depan,” kata Sandiaga. “Jadi saat itu, saya sendiri enggak megang itu copy-nya, kalau ga salah ada di brankasnya Pak Fadli atau Pak Prabowo,” imbuhnya. #Anies Tak Punya Uang-Utang