Anas Urbaningrum Korban Kriminalisasi! Pengamat: Bisa Saja Dia Balas Dendam

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 11 April 2023 23:44 WIB
Jakarta, MI - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin berpadangan terhadap mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang telah bebas dari Lapas Sukamiskin, Bandung pada hari ini Selasa (11/4), bisa saja balas dendam terhadap lawan politiknya. Pasalnya, Anas juga disebut-sebut sebagai korban kriminalisasi dimasa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sehingga Anas Urbaningrum terjerat kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang 2010-2012. “Apakah Anas akan melakukan balas dendam atau tidak, kita lihat saja, bisa iya bisa tidak. Kita belum bisa menganalisa itu,” kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) itu kepada wartawan, Selasa (11/4) malam. Sebelumnya, Anas Urbaningrum, menghimbau lawan politiknya tidak panik setelah dia resmi dibebaskan dari penjara. Anas mengaku kebebasannya bukan untuk balas dendam. Dia menegaskan bahwa kebebasannya tidak bertentangan dengan orang-orang yang memandangnya sebagai lawan politiknya. "Mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar bebas ini kemudian mendatangkan atau melahirkan permusuhan atau pertentangan, saya katakan mohon maaf, tidak," kata Anas dalam pidatonya usai keluar dari Lapas Sukamiskin, Kota Bandung, Jawa Barat. “Selain terima kasih, saya ingin menyampaikan permohonan maaf, pertama mohon maaf kalau ada yang berpikir saya di tempat ini mati membusuk,” kata Anas, Selasa 11 April 2023.  “Kalau ada yang berpikir saya di tempat ini menjadi bangkai fisik dan bangkai sosial, minta maaf bahwa itu alhamdulillah tidak terjadi,” imbuhnya. Dalam benaknya sama sekali tidak ada kamus pertentangan dan permusuhan. Ia hanya ingin terus menjunjung tinggi asas perjuangan keadilan untuk Indonesia lebih baik ke depannya.  "Tidak ada kamus pertentangan permusuhan, tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan," sambungnya. Meski demikian, jika misalkan masih ada orang yang merasa termusuhi, bagi Anas, hal itu sebagai konsekuensi dari asas keadilan yang diusungnya. "Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi, mohon maaf bukan karena saya hobi permusuhan, tetapi karena itu konsekuensi perjuangan keadilan. Jadi hati saya adalah sikap persaudaraan, sikap persahabatan. Itu yang ingin saya garis bawahi," tandas Anas.