PDIP Usul Dua Paslon, Pengamat: Jangan Ulang Pilpres 2019

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 17 September 2023 17:18 WIB
Jakarta, MI - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai usulan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) agar pemilihan presiden (Pilpres) hanya diikuti oleh dua pasangan calon (Paslon) sebagai cara jitu memenangkan pilpres 2024 mendatang. "Itu kan keinginan PDIP agar mereka berusaha untuk menang walaupun dengan cara apapun," kata Ujang begitu disapa Monitorindonesia.com, Minggu (17/9). Jika pilpres hanya diikuti oleh dua paslon capres-cawapres saja, ujar Ujang, itu bisa ditebak, bisa dibaca dan bisa menggunakan faktor non elektoral. "Jadi kalau soal usulan dia ya namanya juga usulan, tergantung partai koalisi," terangnya. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini pun mengingatkan, jika partai besutan Megawati Soekarnoputri itu menginginkan pilpres hanya diikuti oleh dua paslon saja, sebaiknya PDIP berkaca pada pilpres 2019 lalu. Di mana, kata dia, masyarakat terkotak-kotakan dan terpecah menjadi 2 bagian. "Itu hak PDIP mengatakan demikian, tapi bukan berarti PDIP tidak belajar kepada kasus 2019 yang lalu. Pilpres 2019 lalu yang di mana 2 pasangan curang-curang, masyarakat terpolarisasi, politik identitas makin tinggi. Ya itu kan harus dijadikan pelajaran," tandasnya. Selain itu, dia menyarankan, pilpres 2024 tetap diikuti oleh tiga paslon capres-cawapres demi terhindar dari polarisasi konflik dan menjadi jalan tengah untuk pesta demokrasi yang lebih soft. "Kalau 3 pasang itu kan ada jalan tengah, ada pemecah gelombang, pemecah ombak, jadi lebih soft," kuncinya. PDIP sebelumnya kembali gencar menyuarakan agar Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon. Sejumlah pengamat menilai usulan itu berkaitan dengan kans besar Ganjar Pranowo menang jika pilpres hanya digelar satu putaran. Usulan tersebut disampaikan politikus PDIP Aria Bima. Dia berharap para ketua umum partai bisa duduk sama dan bermufakat tentang pilpres hanya diikuti dua kandidat. "Jadi ya lebih baik sekarang bermufakat dan bermusyawarah. Syukur-syukur bisa bertemu sampai dua calon itu sangat memperpendek waktu dan sangat efektif. Rakyat juga senang," kata Aria di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (12/9) kemarin. Namun usulan itu ditolak oleh PKS. Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar menilai pilpres yang hanya diikuti dua pasangan calon berbahaya bagi bangsa Indonesia. Dia mengenang polarisasi politik pada Pilpres 2019. Aboe pun menitipkan pesan ke Menko Polhukam Mahfud MD agar hal itu tak terjadi. Saat ini, telah terbentuk tiga poros menuju Pilpres 2024. Poros-poros itu mendukung tiga kandidat presiden, yaitu Koalisi Indonesia Maju pendukung Prabowo Subianto, Koalisi Perubahan untuk Persatuan pendukung Anies Baswedan, dan Koalisi PDIP-PPP-Perindo-Hanura pendukung Ganjar Pranowo. Sebelum Aria Bima, sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto lebih dulu getol mengemukakan idealnya hanya dua paslon di Pilpres 2024. Hal tersebut dikatakan Hasto pada akhir Agustus 2022. Menurut Hasto hal ini untuk memastikan Pilpres bisa selesai dalam satu putaran. Hasto mengklaim banyaknya pasangan capres-cawapres akan membuka ruang Pilpres 2024 berlangsung dua putaran dan menambah beban rakyat untuk memikul biaya penyelenggaraan. "Indonesia memerlukan pelaksanaan Pilpres yang demokratis, cepat, kredibel, dan bagaimana memastikan hanya berlangsung satu putaran," kata Hasto di diskusi BRIN sat itu. Tak berselang lama, SBY lalu menuding ada upaya mengarahkan Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon. Dia menyebut ada kemungkinan pilpres mendatang tidak adil. Atas dasar itu, SBY pun berencana turun gunung guna memastikan Pilpres2024 berjalan jujur dan adil. "Konon akan diatur dalam Pemilihan Presiden nanti yang hanya diinginkan oleh mereka dua pasangan capres dan cawapres saja yang dikehendaki oleh mereka," ungkap SBY. (DI) #PDIP Usul Dua Paslon