Pengamat Sebut Pilpres 2024 Potensi Chaos

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 29 November 2023 08:03 WIB
Pasangan Capres-Cawapres Ketika Mengambil Nomor Urut di KPU RI (Foto: Dhanis/MI)
Pasangan Capres-Cawapres Ketika Mengambil Nomor Urut di KPU RI (Foto: Dhanis/MI)

Jakarta, MI - Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos, menilai pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, soal pihak-pihak yang ingin terus berkuasa, tetapi menggunakan cara-cara seperti zaman Orde Baru. Hal itu ditujukan kepada Joko Widodo dan pencawapresan putra sulungnya. 

"Pidato Megawati yang berapi-api, yang mengajak kader dan simpatisan PDIP untuk melawan kembali orde baru. Jelas dengan tegas menyasar dan menunjuk "hidung" Presiden Jokowi dan pencapresan Prabowo-Gibran," kata Subiran kepada Monitorindonesia.com, Rabu (29/11).

Penulis buku Komunikasi Politik 7 Presiden Indonesia ini mengatakan, putri Bung Karno itu sedang menciptakan opini publik bahwa, Joko Widodo dan pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran sebagai produk neo orde baru. 

"Secara komunikasi politik Megawati sebagai seorang tokoh yang juga opinion leader, telah menggiring isu dan membentuk opini publik. Agar Presiden Jokowi dan Pencapresan Prabowo-Gibran dilabeli gerakan Neo Orde Baru yang menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya," ujarnya. 

Tentunya hal tersebut tak lepas daripada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 90 beberapa waktu lalu yang meloloskan Gibran untuk menjadi cawapres Prabowo.

"Tujuannya adalah menciptakan sentimen negatif publik terhadap pencapresan Prabowo-Gibran, yang jika pasangan ini menang Pilpres sudah pasti melekat label 'Curang'," lanjutnya. 

Untuk itu, kata Subiran, jika hal tersebut terus disuarakan kepada publik, bukan tidak mungkin Pilpres 2024 akan terjadi chaos akibat penggiringan isu-isu tersebut.

"Jika ini terus digelorakan, maka bukan tidak mungkin Pilpres ini akan berujung chaos (kekacauan) akibat isu yang diciptakan para tokoh politik itu sendiri," pungkasnya. (DI)