Gaya Komunikasi Politik Ketiga Capres Pada Debat Perdana, Siapa Pemenangnya?

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 14 Desember 2023 11:11 WIB
Ganjar Pranowo (kiri), Prabowo Subianto (tengah), Anies Baswedan (kanan) saat Debat Capres Perdana di Kantor KPU RI (Foto: Dhanis/MI)
Ganjar Pranowo (kiri), Prabowo Subianto (tengah), Anies Baswedan (kanan) saat Debat Capres Perdana di Kantor KPU RI (Foto: Dhanis/MI)

Jakarta, MI - Direktur Sentral Politika Subiran Paridamos, menilai gaya komunikasi politik yang ditampilkan oleh para capres dalam debat tahap pertama, pada selasa kemarin di kantor KPU RI, Jakarta (12/12) telah memunculkan banyak analisa dari berbagai perspektif.

"Tentu bagi para loyalis akan mengatakan bahwa capresnya lah yang paling top dan menguasai debat. Tapi kalau kita kaji dari segi komunikasi politik, ketiga capres ini memiliki gaya dan karakter debat yang berbeda, tetapi tidak saling mendiskreditkan kualitas masing-masing," kata Subiran kepada Monitorindonesia.com, Kamis (14/12).

Penulis buku Komunikasi Politik 7 Presiden Indonesia itu memaparkan, gaya komunikasi politik dari masing-masing capres. Menurutnya, capres nomor urut 1 Anies Baswedan, memiliki karakter logika dan retorika yang konsisten. Mengingat backgroundnya sebagai seorang akademisi yang sudah terbiasa dengan debat dan kajian mendalam. 

"Anies konsisten dengan karakter logika berpikir yang baik, narasi yang terukur, retorika yang memesona, paradigma komprehensif dan holistik, dan artikulasi yang tepat. Public speakingnya memang yang paling baik dari semua capres" ujarnya. 

"Dia sangat menguasai topik pembahasan dan selalu punya argumentasi jika diserang atau disudutkan dengan isu-isu negatif tentang dirinya seperti IKN, polusi Jakarta, Intoleransi, dan lain-lain," tambah Subiran. 

Sedangkan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, menurut Subiran, masih konsisten dengan gaya dan karakter komunikasi politik yang berbasis fakta dan pengalamannya berkaitan dengan strategis dan taktis. Selain itu, Prabowo juga cenderung to the point, blak-blakan dan memasukkan unsur emosi dari setiap narasi yang disampaikan. 

"Ketika diserang dengan isu HAM dan putusan MK, dia langsung defensif dan responnya cenderung blak-blakan. Saran saya kepada timnya, Prabowo dan Gibran perlu akurasi argumentasi terkait jawaban semua isu negatif kepada mereka mulai dari isu HAM, politik dinasti, putusan MK, Neo orde baru, dan lain-lain," katanya. 

Sementara capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, kata Subiran juga tetap konsisten dengan gaya komunikasi politik khas motivator dan birokratis yang berbasis data lapangan dan argumentasi yang datar. 

"Tetapi tetap tajam dan mudah dimengerti dan yang terpenting artikulasi dan ekspresi debatnya tegas, dialogis, dan tetap menghargai perbedaan pendapat dan pandangan," ujarnya. 

"Ketika diserang dengan isu Jawa Tengah seperti kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya jawabannya cukup argumentatif dan melihat masalah lebih komprehensif," sambungnya. 

Meski begitu, Subiran menilai pada debat perdana tersebut tak ada pihak yang menjadi pemenang maupun yang kalah. Karena debat tersebut memiliki pasar tersendiri dan selera masing-masing pendukung. 

"Jadi ketika ditanya siapa pemenang debat perdana, maka jawaban saya adalah tidak ada. Sebab debat capres ini memiliki marketnya tersendiri," jelas Subiran. (DI)