Prabowo-Anies: Awalnya Mesra, Kini Panas Dingin! Apa Pemicunya?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 21 Desember 2023 02:35 WIB
Prabowo Subianto (kiri) dan Anies Baswedan (kanan) (Foto: Kolase MI)
Prabowo Subianto (kiri) dan Anies Baswedan (kanan) (Foto: Kolase MI)

Jakarta, MI - Hubungan Anies Baswedan dengan Prabowo Subianto awalnya mesra kini panas dingin? Anies Baswedan yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta merupakan calon presiden (capres) nomor urut 1, sementara Prabowo Subianto yang juga Menteri Pertahanan (Menhan), capres nomor urut 2.

Keduanya dan Ganjar Pranowo, capres nomor urut 3 akan bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang.

Mesranya bagaimana antara dua capres itu? Ya saat pemilihan gubernur DKI Jakarta. Saat itu Anies diusung oleh beberapa partai politik, termasuk Partai Gerindra yang diketuai oleh Prabowo Subianto.

Bahkan Anies juga mengakui sempat terikat janji politik dengan Prabowo untuk tak mengikuti kontestasi pilpres usai jadi Gubernur DKI Jakarta.

Dalam berbagai kesempatan pun Anies menekankan bahwa perjanjian itu berlaku untuk pilpres 2019. Saat itu, Prabowo menjadi capres dan berhadapan dengan Jokowi.

Menjadi panas dingin! usai depat capres pada Selasa, 12 Desember 2023 di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Dalam arena debat perdana malam itu, beberapa kali terjadi perdebatan panas antara Anies dan Prabowo.

Perdebatan antara Anies dan Prabowo tampak panas terjadi ketika membahas tema hukum, HAM, demokrasi dan layanan publik. 

Tensi debat juga meninggi saat keduanya membahas permasalahan di Papua, sikap terkait opisisi, dan polusi di Jakarta. Tetapi tensi itu sempat turun karena diwarnai dengan ungkapan menyoal polusi udara bahwa "polusi udara tak punya KTP, angin tak ada KTP-nya".

Dalam debat itu, menurut Prabowo, Anies tidak mungkin bisa menjadi gubernur DKI Jakarta kalau demokrasi tidak berjalan. "Kalau pak Jokowi diktator, Anda tidak mungkin jadi gubernur," tegas Prabowo.

Tetapi, Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Kholid baru-baru ini mengatakan bahwa Anies Baswedan tidak berutang kepada Prabowo Subianto saat terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Menurut dia, Anies justru berutang jasa kepada warga DKI Jakarta yang telah menggunakan hak pilihnya dan menaruh kepercayaan kepada Anies untuk memimpin ibu kota. "Memang benar Mas Anies berutang jasa politik, tetapi bukan kepada Pak Prabowo tetapi kepada warga Jakarta yang dengan tulus memilihnya," kata Kholid.

Kholid mengingatkan Prabowo bahwa pencalonan Anies di pilkada DKI Jakarta 2017 silam bukan semata-mata karena peran Prabowo dan Partai Gerindra saja, melainkan ada peran PKS yg sangat besar. 

"Pencalonan Mas Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta itu oleh dua partai: PKS dan Gerindra. Dan bagi PKS, ketika Mas Anies terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta maka beliau adalah milik seluruh warga Jakarta, bukan milik PKS atau Gerindra," beber Kholid.

Dengan demikian, Kholid meminta Prabowo mengingat kembali peristiwa pencalonan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu. Gerindra, kata dia kala itu mengusung Sandiaga Uno untuk menjadi wakil gubernur mendampingi Anies.

"Kita harus ingat ya, saat itu Gerindra yang mengusung Bang Sandiaga Uno yang merupakan kader dari Gerindra sedangkan PKS mengusung Mardani Ali Sera sebagai pendamping Bang Sandi. Karena situasi politik yang sangat dinamis, PKS berbesar hati menyerahkan hak pengusungan Mardani tersebut ke Mas Anies," jelas Kholid.

"Takdirnya, terpilihlah pasangan Anies-Sandi. Alhamdulillah Mas Anies jadi Gubernur DKI Jakarta," imbuhnya.

Baik-baik Saja?

Kapten Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), M. Syaugi Alaydrus memastikan bahwa hubungan antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto tetap baik setelah debat pertama capres di KPU, Selasa (12/12) malam.

Syaugi menyebut bahwa tidak adanya perselisihan antara Anies dan Prabowo, dirinya melihat bahwa debat hanya sebatas debat dan tidak berpengaruh ke sikap personal.

"Oh enggak [debat panas] itu biasa, namanya debat. Beliau bertiga [Anies, Prabowo, Ganjar] itu bersuadara semua, tidak ada masalah,” kata Syaugi saat ditemui di KPU, Selasa (12/12) malam.

Terkait dengan pernyataan Anies yang sering terlihat emosional, Syaugi mengatakan bahwa itu wujud menggebu-gebu ketika membeberkan fakta yang sebenarnya ke masyarakat. “Di sinilah perlu diliat seorang pemimpin bagaimana bisa mengerti persoalan bangsa dan solusinya,” kata Syaugi.

"Ndasmu Etik"

Baru-baru ini viral tanyangan video Prabowo Subianto yang mengatakan 'Ndasmu Etik'. Video dengan durasi pendek itu beredar di media sosial baik X atau twitter maupun juga Instagram. "Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndasmu etik".

Video itu diduga terjadi dalam acara internal Partai Gerindra yang dihadiri para kader.

Anies Baswedan pun tak tinggal diam atas video tersebut. Ia menyatakan bahwa memang etik itu datangnya dari kepala. "Kalau kepala tidak mengikuti etika apalagi yang di bawahnya. Jadi memang benar mulainya dari kepala dan dengan begitu yang di bawah akan ikut., itu saja," katanya, Minggu (17/12).

Kendati, pihak kubu Prabowo-Gibran menyatakan bahwa ucapan tersebut hanya bercanda. "Pak Prabowo senang bercanda, itu becandaan Pak Prabowo ke kader-kader Gerindra, seribu persen bercanda. Pak Prabowo hubungannya dengan Pak Ganjar baik, dengan Pak Anies baik. Bercanda ke sesama sahabat," ujar Juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, kemarin.

"Maksud pak Prabowo, mari sama-sama kita periksa isi pikiran kita, isi hati kita, semacam refleksi akhir pekanlah, jangan seperti orang yang ditolak cintanya, namun kemudian habis-habisan menjelek-jelekkan sang pujaan hati," timpalnya.

Dahnil pun berkelit bahwa juru bicara Anies Baswedan juga pernah bicara soal Gibran cocok menjadi cawapres mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. 

"Tiga bulan lalu, kan juru bicara resmi pak Anies juga mengatakan kalau Pak Anies dan Mas Gibran akan jadi pasangan yang cocok. Bahkan juru bicara resmi Anies Baswedan mengatakan: Gibran cocok untuk menjadi wapresnya Pak Anies selama dua periode," kata Dahnil.

Tak hanya dari kubu Anies, menurut Dahnil, kubu Ganjar Pranowo pun pernah bicara peluang Gibran menjadi cawapres. Wacana itu, kata Dahnil, pernah dilontarkan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani. 

"Pun demikian Mas Ganjar, sejak awal Mbak Puan membuka pintu kemungkinan Mas Gibran jadi wakilnya Mas Ganjar," tandasnya. (Wan)