Fahri Hamzah: Jokowi dan Prabowo Adalah Jalan Tengah Menuju Kemajuan Bangsa

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 29 Januari 2024 14:24 WIB
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Fahri Hamzah (Foto: MI/Dhanis)
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Fahri Hamzah (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Fahri Hamzah, mengungkapkan bahwa calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah dua tokoh yang dahulu kerap dibenturkan oleh kepentingan politik. Namun, saat ini keduanya memilih bersatu untuk kepentingan bangsa dan negara.

Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk menggunakan akal sehatnya dalam menentukan masa depan negeri ini pada 14 Februari mendatang. Menurutnya, Indonesia saat ini membutuhkan jalan tengah berupa rekonsiliasi dan persatuan nasional yang akan sangat menentukan sejarah bangsa kedepan. 

"Ini adalah dua tokoh besar. Orang hebat dua-duanya, yang selama ini oleh politik dibuat bertengkar, sekarang kita buat mereka bersatu," kata Fahri kepada wartawan, Minggu (28/1).

Fahri menjelaskan, Prabowo dan Jokowi adalah ibarat jalan tengah yang menyatukan rakyat serta mendahulukan kepentingan rakyat. Hal ini menurut Fahri sangat terlihat dalam proses bersatunya Jokowi dan Prabowo Subianto. 

"Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum," tuturnya. 

Fahri juga menyebut, adanya relevansi program pemerintahan Jokowi dengan program kerja yang dicanangkan oleh Prabowo-Gibran dalam melanjutkan upaya kemajuan negara. Sehingga, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dalam hal kecepatan pembangunan.

Selain itu, ia mengungkap ada banyak negara lain yang melihat jejak Indonesia yang menuju pada arah kemajuan untuk menjadi negara kuat, bahkan negara superpower yang dapat terlihat jelas. Untuk itu, kata dia diperlukan pemimpin yang berani dalam membawa Indonesia menjadi negara superpower.

"Jika Indonesia ingin menjadi negara superpower, negara yang kuat, yang bisa menyejahterakan rakyatnya, itu tidak mungkin kita titipkan kepada negara lain. Itu memerlukan intervensi, dan memerlukan keberanian untuk memimpin," jelasnya. (DI)