Suara PSI dan Gelora Meroket di Sirekap KPU, Roy Suryo: Sulit Diterima Akal Sehat

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 3 Maret 2024 16:31 WIB
Suara PSI melejit hingga tembus 3,09 persen menurut penghitungan suara atau real count KPU per Jumat (1/3).
Suara PSI melejit hingga tembus 3,09 persen menurut penghitungan suara atau real count KPU per Jumat (1/3).

Jakarta, MI - Pakar telematika, Roy Suryo mempertanyakan anomali partai politik (parpol) tertentu yang suaranya meroket berdasarkan data sementara Sirekap KPU.

Ia menilai kata "meroket" itu memang benar-benar sedang terjadi pada perolehan Partai tertentu, contohnya PSI dan Gelora.

Menurut dia, terjadi akselerasi yang luar biasa cepat dan tajam dibandingkan dengan perolehan partai lainnya yang cenderung landai atau bahkan stagnan (tidak menyebutnya berhenti).

"Hal ini memang aneh, sebab kecenderungan/tren pergerakan perolehan partai biasanya masih akan berjalan serempak mengikuti pola perolehan yang sudah ada," kata Roy Suryo dalam opini terbuka yang masuk ke dapur redaksi Monitorindonesia.com, Minggu (3/3).

Bahwa ada satu dua yang kemungkinan saling fluktuatif mungkin bisa dimaklumi dan dipahami.

Tetapi, kata dia, jarang atau bahkan tidak mungkin hanya partai tertentu saja yang naik sedangkan lain-lainnya tidak.

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi yang mengaku tidak paham anomali tersebut.

Pernyataan Burhanuddin melalui akun Twitter miliknya juga menjadi perhatian Roy Suryo yang menilai sang direktur eksekutif berpengalaman.

"Ini menarik dan perlu dicermati. Sebab kalau saja sampai seorang Profesor tokoh Lembaga Survei terkenal yang selama ini sudah banyak makan asam garam soal statistik saja tidak faham, terus siapa sebenarnya yang faham atas anomali tersebut?," jelas Roy Suryo.

Mantan Menpora RI itu menyatakan anomali ini di luar batas kewajaran.

"Kalau data yang masuk sudah diatas 60% bahkan 70%, maka volatilitas yang terjadi tidak akan bisa ekstrim".

"Artinya pergerakan angka yang diperoleh akan cenderung "serempak" dan bergerak bersama (satu naik, lainnya pun ikut naik, meski masih dalam simpangan margin error)," ujarnya.

Jika dicermati, menurut Roy Suryo partai yang paling banyak mengalami peningkatan perolehan suara yang tidak wajar ini adalah PSI.

Partai yang dalam berbagai iklan baik cetak maupun elektronik mengklaim "Partainya Bapaknya Ketumnya" ini memang sangat fenomenal.

Ia menjelaskan secara detail, pada tanggal 15 Februari 24, suara PSI masih 2.68%. Namun tanggal 1 Maret 2024, suara PSI sudah 3.02%.

Bahkan ketika pukul 10.00 WIB mencapai 2.319.968 atau sekitar 3.03%, kemudian Pukul 16.00 WIB sudah 2.393.774 (bertambah 83.343) alias sudah 3.12%.

Pertambahan jumlah 83 ribu ini hanya dari 110 TPS saja. Roy menyebut kondisi ini sudah tidak masuk akal sehat.

Pasalnya, jika dihitung 83.343 dibagi 110, maka perolehan PSI di tiap TPS mencapai 757 lebih, padahal 1 TPS rata-rata hanya berisi 250 sampai dengan 300 suara saja.

"Sulit dimengerti memang bila hal ini hanya semata-mata dianggap sebagai sebuah kesalahan teknis belaka, karena pola yang berjalan bisa disebut terjadi secara TSM (Terstruktur Sistematis Masif) karena saling terkait dan mendukung," jelas Roy Suryo.

Sementara itu, Komisioner KPU RI Idham Holik mengatakan sampai saat ini KPU RI masih melakukan rekapitulasi suara nasional.

"Rekapitulasi suara berjenjang masih berlangsung hingga 20 Maret 2024," ujar Idham saat dikonfirmasi. 

Berita Terkait