Pengamat: Lonjakan Suara PSI Patahkan Metodologi Lembaga Survei

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 4 Maret 2024 12:22 WIB
Pengamat Politik Citra Institute, Efriza (Foto: Ist)
Pengamat Politik Citra Institute, Efriza (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pengamat Politik Citra Institute Efriza, menilai wajar jika publik menyoroti kenaikan drastis suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Sebab kenaikan suara PSI dianggap tak wajar, karena berbeda dengan hasil quick qount yang dirilis oleh sejumlah lembaga survei.

"Lonjakan suara PSI ini menjadi anomali. Sebab jika berdasarkan hasil quick count, PSI tidak akan lolos di Senayan. Hasil quick count juga berdasarkan C1 Hasil Plano di banyak TPS, meski yang diambil tidak seluruh TPS," kata Efriza saat dihubungi monitorindonesia.com, Senin (4/3). 

Sehingga kata Efriza, lonjakan suara tersebut menjadi janggal, mengingat hasil quick qount PSI hanya memperoleh suara sekitar 2,3 persen. 

"Lonjakan drastis ini menunjukkan adanya juga kejanggalan, kedua bahwa dari hasil survei elektabilitas PSI sekitar 2,3 persen pada bulan Februari," ujarnya.

Namun kata Efriza, akan menjadi menarik ketika PSI memperoleh lonjakan suara hingga mencapai 3,13 persen, karena itu akan mematahkan metodologi yang digunakan oleh lembaga survei. 

"Lonjakan suara PSI seakan mematahkan dua proses metodologi demokratis untuk survei seperti melihat elektabilitas partai dan mengetahui dengan lebih cepat hasil perolehan suara di Pemilu," tuturnya. 

Demikian Efriza menilai, sangat wajar jika publik menaruh kecurigaan atas naiknya suara PSI yang sangat signifikan. Karena rekapitulasi suara sementara KPU menunjukkan PSI telah meraih 3,13 persen. Bahkan, PSI diprediksi oleh sejumlah pihak akan meraih kursi di DPR RI pada akhir perhitungan suara KPU. 

"Suara PSI mengalami kenaikan antara 29 Februari hingga 2 Maret kemarin. Lonjakan suara PSI memang wajar memperoleh sorotan publik sebab dari 2,86 persen menjadi 3,13 persen," ucapnya. 

"Meski kenaikan itu sekitar 0,27 persen, tepatnya suara PSI dari 2.171.907 menjadi 2.402.269, ini menunjukkan ada sekitar 203.361 suara penambahannya," jelas Efriza. (DI)