Modus Korupsi di Dirjen Perhubungan Udara: Perusahaan Pinjaman hingga Kantor Seukuran Kos-kosan

Tim Redaksi
Tim Redaksi
Diperbarui 27 Februari 2024 13:24 WIB
Salah satu kantor tampak kosong di Kompek Perkantoran Cempaka Putih Blok B 5 Jalan Letjend Suprapto Nomor 160 (Foto: Dok MI)
Salah satu kantor tampak kosong di Kompek Perkantoran Cempaka Putih Blok B 5 Jalan Letjend Suprapto Nomor 160 (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Pegiat antikorupsi terus meyoroti sejumlah kasus dugaan korupsi di lingkungan Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI.

Kementerian yang digawangi oleh Budi Karya Sumadi itu kini dalam sorotan publik pasca banyaknya kasus di intsansi itu yang ditangani Kejaksaan Agung dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

KPK dan Kejaksaan Agung kini menangani kasus korupsi di Dirjen Perkeretapian. Sementara kasus dugaan korupsi di Dirjen Perhubungan Udara hingga kini belum tersentuh sekalipun anggaran puluhan triliun rupiah diduga menguap.

Pegiat antikorupsi Order Gultom mengaku kecewa dengan aparat penegak hukum (APH) yang hingga saat ini belum mengungkap kasus-kasus korupsi besar di Dirjen Perhubungan Udara. 

|Monitor Juga: Rasuah Proyek Kemenhub Jalur Darat Gencar Diusut KPK dan Kejagung, Jalur Udara Gimana?|

Tidak adanya pengusutan kasus korupsi di dirjen tersebut membuat para oknum pejabat dan pengusaha semakin leluasa memainkan anggaran negara.

"APH harus bergerak cepat mengusut kasus-kasus dugaan korupsi di Dirjen Perhubungan Udara. Kami meneliti dugaan korupsinya sangat terstruktur, sistematis dan masif," ungkap Order Gultom kepada Monitorindonesia.com di Jakarta, Selasa (27/2).

Menurutnya, laporan dugaan korupsi di Dirjen Perhubungan Udara sudah dikirimkan ke Kejagung. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anggaran yang digelentorkan untuk pembangunan bandara-bandara perintis mencapai puluhan triliun rupiah.

"Bandara Toraja saja anggarannya sangat fanstatis Rp 1,4 triliun. Padahak bandara hanya untuk 150 penumpang," ujarnya.

Order mengungkap modus operandi korupsi di Dirjen Perhubungan Udara. Perusahaan pemenang proyek diduga kuat hanya dipinjam oleh pengusaha yang memiliki koneksi khusus dengan pejabat Kemenhub. 

|Monitor Juga: Sedap! Kemenhub Habiskan APBN Rp 1,4 Triliun di Bandara Toraja|

"Rata-rata perusahaan pemenang tender itu dipinjam dengan fee 1-2 persen. Makanya tak heran kantor perusahaan yang menang tender hanya ukuran 3×4 meter tapi bisa memenangkan proyek triliunan rupiah," kata Order. 

Dia mencontohkan, PT. Bahana Prima Nusantara, menang di Bandar Udara Beto Ambari di Buton. Pekerjaan Pengembangan Bandar Udara Betoambari. Penawaran Rp 71.924.950.739,94 dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Rp. 78.019.063.579,71. 

Yang memasukkan penawaran, lelang hanya dua perusahaan yakni PT. Bahana Prima Nusantara dan PT. Bryan Bimantara Lestari dengan penawaran Rp. 77.999.700.000.

Selain di Bandara Betoambari, PT Bahana Prima Nusantara juga menang di Bandar Udara Morowali dalam tender Pekerjaan  Pemenuhan Standar Runway Strip dan Resa dengan penawaran Rp 41.374.147.368,29 dari HPS Rp. 45.397.770.000. Sementara penawaran PT. Bryan Bimantara Lestari dengan penawaran Rp 45.396.780.000.

Dalam lelang Pengembangan Bandar Udara Betoambari, Pemenuhan Standar Runway Strip dan Resa Bandara Morowali, hanya diikuti oleh dua perusahaan, PT. Bahana Prima Nusantara dan PT. Bryan Bimantara Lestari. 

|Monitor Juga: Apa Kabar Dugaan Korupsi Bansos DKI Rp 3,65 T yang "Bak Ditelan Bumi"?| 

"Tidak tampak adanya persaingan yang sehat kedua perusahaan tersebut. Disinyalir PT. Bryan Bimantara Lestari, hanya penggembira saja. Agar seolah olah adannya persaingan. Padahal kenyataannya tidak," katanya.

PT. Bahana Prima Nusantara, diduga hanya perusahaan pinjaman saja. Penelusuran Monitorindonesia.com di Kompek Perkantoran Cempaka Putih Blok B-5 Jl. Letjend Suprapto No.160 Cempaka Baru Kemayoran - Jakarta Pusat,  (Kota) - DKI Jakarta, dimana perusahaan ini berkantor, tampak kosong. 

|Monitor Juga: Dugaan Korupsi di Waduk Cilangkap dan Munjul Rp 80 M, Kejati DKI Diminta Bergerak Cepat

Menurut security disana, kantor tersebut jarang ada orangnya. Sekalipun di alamat tersebut banyak perusahaan berdomisili. 

“Jarang ada orangnya Mas,” ujar sang security ketika ditanya mengapa rolling door kantor tersebut tertutup rapat.

Sebuah perusahaan yang memenangkan proyek bernilai ratusan mikiar, namun kantornya kosong, sangat aneh. Fakta yang mendukung dugaan, bahwa PT. Bahana Prima Nusantara, hanya pinjaman saja. Oleh rekanan atau pengusaha yang selama ini ditengarai menguasai berbagai proyek di Perhubungan Udara Kemenhub. (Tim)

Investigasi Monitorindonesia.com di sini...,