Perayaan Hari Kemenangan, Rusia Diganjar Sanksi Baru oleh AS dan Inggris

wisnu
wisnu
Diperbarui 9 Mei 2022 13:18 WIB
Rusia, MI - Rusia pada hari ini merayakan Hari Kemenangan. Perayaan itu memang rutin digelar setiap tahun untuk memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Kemenangan antara lain akan diisi dengan upacara militer di Lapangan Merah Moskow. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin akan berpidato di hadapan tentara dan rakyatnya. Dalam tradisi upacara peringatan Hari Kemenangan di Lapangan Merah Moskow, presiden Rusia biasanya membakar semangat rakyatnya dengan menyebut lafaz “ura”, lalu diikuti oleh teriakan para tentara yang hadir dalam perayaan itu. Setelah itu, mereka bersama-sama mendengarkan atau menyanyikan lagu kebangsaan Rusia. Tema pidato Putin tampaknya kembali menekankan tentang pengorbanan besar yang dilakukan oleh Uni Soviet untuk mengalahkan Adolf Hitler dalam Perang Dunia II. Sehari menjelang pelaksanaan upacara tersebut, penduduk Kota Moskow tampak cemas, tapi tetap tegar ketika negara mereka bersiap merayakan hari bersejarah itu di tengah kondisi ekonomi yang dinilai mulai tidak menentu. Pasalnya, sejak melancarkan agresi militer ke Ukraina pada Februari lalu, Rusia menghadapi sanksi ekonomi beruntun dari Barat yang dianggap sebagai sanksi paling keras di era modern sekarang. Menurut media Barat, sanksi dari Amerika Serikat dan para sekutunya telah membawa Rusia menuju krisis ekonomi terburuk sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991. Kendati demikian, Kremlin menyatakan bakal membangun sektor produksinya sendiri sambil mencari pasar baru di Asia. Hari Kemenangan adalah hari libur utama di Rusia. Di masa lalu, Uni Soviet yang terdiri atas Rusia, Ukraina, dan republik-republik Soviet lainnya telah kehilangan 27 juta penduduknya dalam Perang Dunia II. Jumlah korban tersebut lebih banyak dari negara lain mana pun pada masa itu. Dalam beberapa tahun terakhir, Putin mencerca upaya Barat untuk merevisi sejarah dengan mengecilkan kemenangan Soviet di Perang Dunia II. Putin mengatakan, dia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina untuk mencegah Barat menggunakan negara tetangganya itu untuk mengancam Rusia. Tak hanya itu, dia juga menyebut operasi tersebut untuk membasmi kelompok nasionalis berbahaya. Sanksi Baru [caption id="attachment_412997" align="aligncenter" width="770"] Api terlihat di Mariupol di daerah perumahan setelah penembakan di tengah invasi Rusia ke Ukraina [Twitter @AyBurlachenko via Reuters][/caption]Mirisnya, di tengah parade Hari Kemenangan (Victory Day) yang dirayakan setiap tanggal 9 Mei, justru Amerika Serikat dan Inggris kembali menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi itu diberikan pada sektor jasa, mesin propaganda Rusia, industri pertahanan dan pengenaan tarif impor baru. Sanksi baru dari AS antara lain berupa larangan penjualan sektor jasa AS ke Rusia, seperti akuntansi dan konsultasi manajemen. Selain itu, AS juga memutuskan tidak akan ada lagi iklan atau penjualan peralatan penyiaran AS ke tiga stasiun televisi yang dikendalikan Kremlin. Sedangkan untuk larangan ekspor teknologi termasuk mesin industri, buldoser, dan barang-barang lainnya yang dapat digunakan oleh pabrik-pabrik pertahanan Rusia. AS juga memberlakukan pembatasan visa untuk 2.600 orang Rusia dan Belarusia lainnya, termasuk pejabat militer dan para eksekutif dari Sberbank dan Gazprombank. Sementara itu, Pemerintah Inggris memperluas sanksinya terhadap Rusia dengan memasukkan tarif impor pada logam mulia serta larangan ekspor produk Inggris tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan tekanan ekonomi di Moskow atas invasi Ukraina. Sanksi terbaru tersebut mencapai £1,7 miliar atas Rusia dan negara tetangga Belarus yang turut bergabung dalam invasi Ukraina dan digunakan sebagai pangkalan bagi tentara Rusia. Tujuan sanksi itu untuk melumpuhkan kemampuan Putin untuk mendanai perangnya. Paket sanksi baru dari Inggris baru termasuk tarif impor senilai £1,4 miliar, pajak perbatasan yang dibayarkan oleh pembeli atas barang yang dikirim dari Rusia yang akan memengaruhi impor platinum, paladium, dan produk lainnya termasuk bahan kimia dari Rusia. Departemen Perdagangan Internasional Inggris menyatakan Rusia sangat bergantung pada negara itu untuk ekspor logam mulia yang akan dikenakan tarif tambahan 35 poin persen. Warga Cemas [caption id="attachment_411710" align="aligncenter" width="720"] Unjuk rasa mendukung ukraina dari gempuran Rusia. [us.com][/caption]Beberapa orang Rusia mengaku cemas dan emosional mengingat ikatan keluarga yang erat antara negeri mereka dan Ukraina sekarang terpecah gara-gara konflik. Padahal, Rusia dan Ukraina selama ini menjadi rumah bagi populasi dua bangsa Slavia Timur terbesar di dunia. “Secara emosional (konflik) itu memengaruhi kami, karena saya memiliki dua saudara perempuan yang tinggal di Ukraina,” kata salah satu warga Moskow bernama Larisa kepada Reuters. “Tentu saja, sangat sulit untuk berkomunikasi dengan mereka (sanak famili di Ukraina) sekarang. Mereka memiliki perang informasi sendiri yang sedang terjadi sekarang,” ujarnya. Akan tetapi, Larisa juga mengatakan bahwa patriotisme kini meningkat di kalangan masyarakat Rusia. “Di Rusia secara keseluruhan, ada banyak kohesi sekarang di antara warga sehubungan dengan peristiwa (perang di Ukraina) ini. Yang bisa saya katakan adalah, patriotisme sedang tumbuh,” kata perempuan itu. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar orang Rusia mendukung operasi militer Moskow di Ukraina. Tingkat persetujuan atau dukungan dari rakyat negeri beruang merah kepada Putin pun telah meningkat lebih dari 14 poin persentase, menjadi 81,5 persen sejak dimulainya agresi tersebut.