Joko Widodo: Indonesia Punya Modal Ekonomi yang Kuat Hadapi 2024

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 22 Desember 2023 11:51 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sambutan dalam acara “Outlook Perekonomian Indonesia” di Jakarta, Jumat (22/12) (Foto: ANTARA)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sambutan dalam acara “Outlook Perekonomian Indonesia” di Jakarta, Jumat (22/12) (Foto: ANTARA)

Jakarta, MI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia memiliki modal ekonomi dan politik yang kuat untuk menghadapi 2024 dengan optimisme.

“Yang pertama alasan ekonomi. Kita tahu di sepanjang triwulan tahun 2023 ekonomi Indonesia masih tumbuh di kisaran 5 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya tumbuh 2,9. Ini patut kita syukuri,” kata Jokowi dalam acara “Outlook Perekonomian Indonesia” di Jakarta, Jumat (23/12).

Kemudian, dia mengatakan, Indonesia juga mampu menjaga tingkat inflasi di angka 2,86 persen atau jauh di bawah rata-rata inflasi global yakni 7,2 persen.

Selain penyerapan tenaga kerja naik, Jokowi mengatakan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November 2023 masih berada di level ekspansif 51,7.

Selanjutnya, Jokowi memaparkan bahwa neraca perdagangan Indonesia masih surplus selama 43 bulan berturut-turut dan Indeks Keyakinan Konsumen pada November 2023 juga berada di angka 123,6 yang berarti kuatnya keyakinan konsumen Indonesia terhadap kondisi ekonomi saat ini.

“Oleh sebab itu, sekali lagi tidak ada alasan untuk pesimistis memasuki 2024. Saya masih optimistis pertumbuhan ekonomi kita masih berada di kisaran 5 persen,” lanjut Jokowi.

Namun, Jokowi mengingatkan agar Indonesia tetap mewaspadai faktor eksternal seperti ketidakpastian global yang terus berlanjut dan konflik di Timur Tengah yang bisa memicu kenaikan harga.

“Kalau orang Jawa bilang ‘tetep eling’… (kita) harus selalu ingat, hati-hati, dan waspada. Menakhodai kapal besar negara kita Indonesia ini dalam ketidakpastian ekonomi global sangatlah tidak mudah,” katanya.

Meskipun menginginkan ekonomi tumbuh lebih baik, kata Jokowi, Indonesia tetap harus berhati-hati dan betul-betul mengkalkulasi setiap kebijakan atau langkah yang akan diambil.

Dalam hal ini, dia menyoroti soal 96 negara yang telah menjadi “pasien” Dana Moneter Internasional (IMF), dan puluhan negara lain yg kondisi ekonomi, keuangan, dan fiskalnya sangat berat. “Tetapi lagi-lagi memasuki tahun 2024 ini kita tidak punya alasan untuk tidak optimistis,” tandasnya.