Indef: Program Ekonomi Capres dan Cawapres Mustahil Tingkatkan Perekonomian Indonesia

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 26 Januari 2024 11:13 WIB
Komisaris Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani dalam "Outlook Industri Asuransi Jiwa dan Ekonomi Tahun 2024" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis, (25/1). (Foto: ANTARA)
Komisaris Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani dalam "Outlook Industri Asuransi Jiwa dan Ekonomi Tahun 2024" di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis, (25/1). (Foto: ANTARA)

Jakarta, MI - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, menanggapi program ekonomi yang ditawarkan oleh masing-masing Capres dan Cawapres saat ini. Menurutnya, tidak akan ada kenaikan ekonomi meskipun ada pergantian pemerintahan.

“Saya melihat siapa pun yang jadi presiden, kita akan gini-gini (aja), nggak akan bisa peningkatan ekonomi 6-7 persen itu, belum kelihatan. Di mana sih yang signifikan investasi akan dilakukan?"  kata Aviliani dalam “Outlook Industri Asuransi Jiwa dan Ekonomi Tahun 2024” di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (24/1).

Ia memberikan conto,h program pembangunan untuk menjadi negara maritim yang tidak akan mudah diwujudkan dalam waktu singkat. "Terus bangun IKN (Ibu Kota Negara), misalnya, apakah ada orang langsung ke sana?” ucapnya.

Aviliani menilai penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi nantinya masih akan berasal dari konsumsi. Yang terpenting, menurut dia, adalah kontribusi dari masyarakat dan perusahaan.

“Karena perusahaan dan masyarakat itu berkontribusi. Kalau investasi itu bisa dari perusahaan, kalau konsumsi bisa dari masyarakat, 80 persen itu adalah masyarakat dan perusahaan, baik BUMN atau perusahaan swasta,” tuturnya.

Untuk itu, Aviliani mendorong pemerintah untuk terus membantu masyarakat bertumbuh agar dapat meningkatkan pendapatan, dan membangun infrastruktur guna memudahkan mereka bekerja. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan insentif untuk perusahaan-perusahaan besar agar bisa menjadi rantai pasok bagi Usaha Kecil Menengah (UKM)