Keluh Pedagang soal Harga Beras Tak Kunjung Stabil, Pemerintah Jangan Kaya Pemadam Kebakaran


Jakarta, MI - Memasuki tiga hari puasa Ramadan, harga beras tak kunjung stabil. Merujuk pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional menunjukkan, harga beras hari ini, Kamis (14/3/2024) bertahan di Rp16.000 per kg untuk jenis medium I. Sedangkan beras kualitas medium II naik Rp50 jadi Rp15.800 per kg.
Harga beras kualitas super I bertengger di Rp17.350 per kg dan kualitas super II naik Rp50 ke Rp16.800 per kg. Harga beras kualitas bawah I naik Rp100 ke Rp14.800 per kg dan kualitas bawah II naik Rp50 ke Rp14.500 per kg.
"Harga beras kualitas bawah II masih Rp 14 ribuan bang," kata Dina (30) pedagang beras di Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) saat ditemui Monitorindonesia.com, Kamis (14/3/2024).
Monitorindonesia.com, mencoba menanyakan ke pedagang lainnya di kawasan Ciputat juga. Rati (36) menyatakan bahwa harga beras yang dijual paling murah Rp11.000 lalu beras medium Rp13.000 dan premium Rp14.000. "Beras bulog sulit kami dapatkan, pelanggan saya kan nyarinya beras bulog," katanya.
Selain sulitnya mendapat beras Bulog, menurutnya sejumlah harga komoditi terus merangsek naik.
Sementara itu, seorang pedagang dan agen beras di Pasar Palmerah, Nurwangsa (55), menyatakan bahwa kenaikan harga beras premium telah terjadi sejak awal tahun ini.
"Kenaikan sudah terjadi sejak awal tahun, secara perlahan dari Rp 15.000/kg naik menjadi Rp 16.000/kg dan sekarang bahkan tembus Rp 17.000/kg," kata Nurwangsa di tokonya, pada hari Kamis (13/3/2024).
Harga beras medium juga lebih tinggi dari HET beras medium yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 10.900-11.800/kg.
Pedagang lain, Rafi (36), juga menjual beras dengan harga yang hampir sama. Untuk beras jenis premium, ia menetapkan harga sebesar Rp 16.000/kg dan untuk beras jenis medium seharga Rp 14.000/kg.
Meskipun begitu, Rafi mengakui bahwa pasokan beras yang diterimanya hingga saat ini masih berasal dari beberapa produsen di Jawa Barat, seperti Karawang dan Cirebon.
Dia berspekulasi bahwa kenaikan harga beras terjadi karena penurunan produksi yang disebabkan oleh iklim dan dampak El Nino pada tahun 2023. "Pasokannya masih aman, hanya saja harganya masih tinggi dalam beberapa bulan terakhir ini," jelas Rafi.
Apa Kata Pemerintah?
Diketahui, polemik kenaikan harga beras sebenarnya sudah terjadi sejak tahun lalu. Pemerintah mengklaim bahwa kenaikan ini terjadi karena dampak dari cuaca ekstrem El-Nino dan pergeseran masa panen.
Pemerintah juga telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk menstabilkan harga. Kebijakan terbaru adalah dengan merelaksasi kebijakan HET untuk beras premium menjadi Rp 14.900 - Rp 15.800/kg dari sebelumnya Rp 13.900 - Rp 14.800/kg.
Kebijakan ini hanya berlaku sementara mulai dari tanggal 10 hingga 23 Maret 2024. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memasok beras ke pasar tradisional maupun ritel. Harapannya, dengan tersedianya pasokan yang cukup, pemerintah dapat lebih mudah mengendalikan harga.
"Salah satu tujuan dari relaksasi ini adalah agar para petani yang sebelumnya mendapatkan harga gabah di atas Rp 8.000 - Rp 9.000 dapat menyalurkan berasnya ke pasar," kata Arief setelah Rapat Kerja Bersama Komisi IV DPR RI pada hari Rabu (13/3/2024).
Jangan Kaya Pemadam Kebakaran
Anggota Komisi VI DPR RI Evita Nursanty mempertanyakan langkah yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga beras. Ia menyoroti besarnya impor beras yang dilakukan pemerintah namun tidak sejalan dengan stabilnya harga beras di masyarakat.
"Kita tahu permasalahan impor beras kita begitu tinggi, impor tertinggi sepanjang sejarah 25 tahun, ini impor tertinggi kita untuk beras. Sudah impornya tinggi, harga berasnya (juga) tinggi. Harusnya impor itu kita lakukan untuk mampu melakukan stabilisasi harga beras di tengah masyarakat," tegas Evita dalam Rapat Kerja di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2024).
“Sudah impornya tinggi, harga berasnya (juga) tinggi. Harusnya impor itu kita lakukan untuk mampu melakukan stabilisasi harga beras di tengah masyarakat," sambungnya.
Menurutnya, pemerintah saat ini kurang dapat mengantisipasi harga beras kembali melambung tinggi. Pemerintah cenderung hanya menjadi pemadam kebakaran dengan melakukan langkah-langkah penyelesaian sesaat, sehingga permasalahan serupa terus-menerus berulang.
"Kita jangan seperti pemadam kebakaran, hanya kalau ada kebakaran kita padamkan apinya dengan pasar murah, cari ini cari ini, tapi permasalahan dari mana datangnya api itu tidak pernah kita cari, ya akan berulang-ulang terus Pak," tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Untuk itu, Evita meminta pemerintah untuk serius bersama mengatasi permasalahan beras. Sebab, langkah konkrit pemerintah untuk dapat menstabilkan harga beras sangat dinantikan oleh masyarakat.
"Nggak cukup hanya buat pasar murah, nggak cukup Bulog hanya mengatakan tadi yang dipresentasikan. Harus ada langkah konkret bersama yang dilakukan oleh bapak-bapak, nggak masing-masing jalan sendiri-sendiri," harap Evita disampaikan di hadapan Mendag Zulkifli Hasan, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)/ID Food, Direktur Utama Perum Bulog, dan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero
Topik:
harga-beras bulog kemendag pedagang-beras harga-beras-masih-tinggi bulan-ramadan puasa-ramadanBerita Sebelumnya
Mentan Setop Sementara Impor Jagung
Berita Terkait

Bulog Resmikan Beloft Business District, Optimalkan Aset Rp53 Triliun
2 Oktober 2025 10:53 WIB

Gerai Gold’s Gym Tutup Mendadak, Kemendag Panggil Manajemen untuk Klarifikasi
14 September 2025 13:34 WIB