Rupiah Semakin Melemah, Ekonom Ungkap Hal Ini

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 13 April 2024 17:38 WIB
Pecahan Uang Rupiah (Foto: Dok MI)
Pecahan Uang Rupiah (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin lemah, Sabtu (13/4/2024) menembus Rp 16.117 per dolar AS. 

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyatakan bahwa, rupiah melemah seiring harapan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan menahan suku bunga acuan lebih lama dari perkiraan pada Juni 2024. 

“Kemungkinan (penurunan-red) bergeser ke kuartal IV 2024 karena ekonomi AS yang masih solid,” katanya.

Menurutnya, pelemahan rupiah masih wajar. Hal ini seiring mata uang negara berkembang lainnya melemah. 

“Masih wajar. Hitungan saya memang fundamental rupiah harusnya sudah di atas 16 ribu. Negara-negara berkembang lain banyak yang melemah di atas 5 persen, rupiah hanya 2,5 persen year to date (ytd). Yen Jepang saja sudah melemah 15 persen ytd,” ungkapnya.

Selain itu, Bank Indonesia (BI), menurut David aktif melakukan stabilisasi rupiah sejak bulan lalu. Hal ini juga berdampak terhadap cadangan devisa pada Maret 2024 sekitar USD 4 miliar. 

Pada 28 Maret 2024, cadangan devisa tercatat USD 140,39 miliar. "(Cadangan devisa-red) April kemungkinan juga masih turun karena pembayaran dividen, pembayaran utang dan upaya stabilitasi rupiah oleh BI,” katanya.

Sebagaimana diberitakan, nilai tukar rupiah terpantau terus turun ke angkar Rp16.117 per dolar AS di momen libur lebaran 2024. Data pelemahan rupiah tersebut dicatat oleh Google Finance. Bahkan, data teranyar ini menunjukkan pelemahan yang makin dalam dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp16.014 per dolar AS.

Data Google Finance ini menunjukkan pergerakan rupiah secara internasional karena perdagangan domestik saat sedang libur terkait lebaran Idulfitri.

Topik:

rupiah dolar