Siapa Robert Budi Hartono Bos Djarum Group yang Dituding Beli BCA Diduga Rugikan Negara Ratusan Triliun Rupiah?
Jakarta, MI - Robert Budi Hartono dituding membeli PT Bank Central Asia (BCA) dengan harga yang terlalu murah hingga diduga merugikan negara ratusan triliun rupiah.
Pengamat Ekonomi dan Politik dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Keuangan Negara (LPEKN) menjelaskan bahwa masalah bermula ketika BCA yang kala itu dimiliki Salim Group, diambil alih pemerintah akibat mega skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Bahwa saat itu, pemerintah berupaya memindahtangankan atau melego BCA demi kembalinya uang BLBI ke brangkas negara. Namun hingga 1999, upaya itu belum memberikan hasil.
Tiga tahun berselang, melalui kebijakan di era Megawati Soekarnoputri, pemerintah memutuskan untuk melego 51 persen saham BCA kepada publik.
Namun, Sasmito menduga adanya rekayasa dalam proses pembelian saham oleh Farallon, yang disebut-sebut sebagai perusahaan cangkang milik Budi Hartono di Singapura.
Harga jual BCA seharusnya Rp200 triliun, namun Farallon hanya menebusnya dengan harga Rp5 triliun. Padahal, menurut dia, nilai aset BCA mencapai Rp100 triliun, obligasi rekap Rp60 triliun, bunga Rp42 triliun, sehingga totalnya lebih dari Rp200 triliun.
"Jadi hitungan saya, nilai BCA itu lebih dari Rp200 triliunan. Tapi hanya dijual Rp5 triliun. Sehingga itu tidak waras. Sama dengan dapat gratisan. Anda saja juga bisa jadi orang terkaya nomor satu di Indonesia seperti Budi Hartono. Hari ini, nilai aset BCA mencapai Rp1.400 triliunan," kata Sasmito, dikutip pada Selasa (31/12/2024).
Tak hanya itu, Sasmito juga menuding sejumlah pejabat di era Megawati harus bertanggung jawab atas kerugian negara gara-gara jual murah BCA. Mereka adalah eks Menteri Keuangan Boediono, Menteri BUMN Laksamana Sukardi dan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.
"Boediono, Kuntjoro-Jakti (Dorodjatun), Laksamana Sukardi adalah menteri-menteri ekonomi era Megawati. Semuanya harus bertanggung jawab," jelasnya.
Sasmito mengaku telah melaporkan dugaan korupsi BLBI khususnya pembelian saham mayoritas BCA kepada aparat penegak hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, semuanya masuk angin. Laporan kemungkinan sudah raib, masuk tong sampah.
Dia juga mempertanyakan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menyebut bahwa pada tahun 2024, BCA masih punya tanggungan BLBI senilai Rp26,5 triliun. "Saya sudah 12 kali demo ke KPK langsung. Datanya juga sudah saya serahkan ke KPK. tapi enggak ada tindaklanjutnya," beber Sasmito.
Atas hal itu, dia berharap kepada Presiden Prabowo Subianto untuk membuktikan pemberantasan korupsi yang selama ini didengungkan. Jika kasus megaskandal BLBI di BCA dibongkar, uang negara yang bisa diselamatkan cukup besar.
"Presiden Prabowo harus bisa membuktikan political will dalam memberantas korupsi-korupsi kakap. Dia pernah bilang, korupsi itu dari kepala, kalau ikan busuk itu kepalanya ikut busuk juga. Jangan sampai Prabowo sami mawon dengan Jokowi yang NATO (No Action Talk Only)," tutupnya.
BACA JUGA: Dikabarkan akan jadi Presiden Komisaris BCA, Jahja Setiaatmadja Sempat Terseret Kasus Hibah 8 Juta Saham hingga Pembobolan Rekening Tukang Becak Rp 345 Juta
Monitorindonesia.com, Selasa (31/12/2024) telah berupaya mengonfirmasi sekaligus meminta komentar dari pihak BCA. Namun enggan berkomentar lebih jauh.
"Sebentar kami coba koordinasikan dulu ke internal ya mas, terima kasih," kata Tim Komunikasi BCA.
Siapa Robert Budi Hartono?
Robert Budi Hartono lahir di Semarang, Jawa Tengah, 28 April 1940. Dia dan kakaknya, Michael Bambang Hartono, merupakan anak dari pendiri perusahaan rokok Djarum, yaitu Oei Wie Gwan. Budi menikahi Widowati Hartono dan dikaruniai tiga orang anak.
Perusahaan rokok Djarum berawal dari bapaknya membeli Djarum Gramophon pada tahun 1951 yang bergerak di bidang kretek. Djarum ternyata sukses di pasar, namun bencana buat Djarum datang saat terbakarnya pabrik Djarum.
Tidak lama setelah itu ayahnya meninggal. Robert Budi Hartono dan kakaknya menerima warisan berupa pabrik Djarum yang nyaris musnah. Tapi berkat tangan kedua orang tersebut, Djarum Group sukses besar.
Robert dan kakaknya ini pun melebarkan sayap bisnisnya ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik, dan multimedia.
Tidak heran berkat sukses bisnisnya dengan rokok Djarum dan perbangkan BCA, Robert Budi Hartono dan kakaknya termasuk orang terkaya nomor satu di Indonesia. Majalah ekonomi terkemuka Forbes 2016, menyebutkan kekayaan Robert Budi Hartono ini mencapai 7,7 miliar dolar AS.
Sebagai pemilik Djarum Group dan BCA maka tak heran Sumber kekayaan terbesar Hartono bersaudara berasal dari kepemilikan pada Bank BCA dan perusahaan rokok Djarum. Sementara Djarum sendiri masuk dalam deretan perusahaan rokok paling besar di Indonesia bersama dengan Gudang Garam dan Sampoerna.
Kesuksesan Robert Budi Hartono saat ini telah ada di berbagai bidang bisnis, sehingga membuat Djarum Grup semakin kuat dan tidak mudah bangkrut, saat ada krisis ekonomi. Beberapa bidang bisnis besar selain produk rokok yang dikelola Djarum Grup.
Salah satunya perkebunan kelapa sawit dengan luas 65.000 hektar persegi, di Kalimantan Barat dari tahun 2008 hingga sekarang.
Di bidang properti terdapat proyek besar Grand Indonesia, yang ditandatangani pada tahun 2004 hingga selesai di tahun 2008. Proyek properti besar tersebut mencakup renovasi Hotel Indonesia, pendirian pusat belanja Grand Indonesia, gedung kantor. Dan juga apartemen 57 lantai dengan total biaya investasi mencapai sekitar 1,3 triliun rupiah.
Selain itu, bisnis properti besar lainnya Djarum Grup seperti, WTC Mangga Dua Jakarta, Pulo Gadung Trade Center, Hotel Malya Bandung, Sekar Alliance Hotel, dan Padma Hotel di Bali.
Hingga sekarang, bisnis properti dari Djarum Grup tersebut semakin berkembang di berbagai kota di Indonesia.
Djarum Grup juga memiliki bisnis di bidang elektronik bermerek Polytron, yang sudah berkiprah selama 30 tahun lebih. Dengan membuat berbagai jenis produk-produk elektronik seperti televisi, AC, dispenser dan kulkas.
Lalu di bidang media dan digital teknologi, Djarum Grup membangun layanan televisi kabel berbayar Mola TV. Belum lagi, perusahaan Ventures Global Digital Prima yang memodali dan membuat perusahaan Global Digital Niaga (Blibli.com). Bahkan, membeli sebagian besar saham di Kaskus.com.
Di bidang olahraga Robert Budi Hartono mendirikan Yayasan PB Djarum, karena ia sangat menggemari olahraga bulu tangkis. PB Djarum sendiri rutin memberikan beasiswa bagi atlit-atlit muda berprestasi di olahraga bulu tangkis.
Yayasan PB Djarum telah berkontribusi untuk melahirkan pemain bulu tangkis legendaris Indonesia seperti, Lie Swie King, Alan Budi Kusuma, dan Icuk Sugiarto. Budi Hartono juga membangun sebuah stadion latihan bulu tangkis dengan megah dan besar di kota Kudus. Stadion latihan bulu tangkis tersebut juga sering dijadikan tempat kejuaraan, dalam ajang Djarum Badminton Indonesia Open.
Di sektor perbankan melalui PT Dwimuria Investama Andalan, Robert dan Michael Hartono menjadi pemilik saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Kakak beradik itu, menguasai 54 persen lebih saham bank swasta ternama di tanar air.
Kekayaan Budi Hartono
Kekayaan Budi Hartono
Berdasarkan data dan informasi dari majalah bisnis ternama Forbes asal Amerika Serikat. Kekayaan Robert Budi Hartono mencapai nilai 17,4 miliar dollar/USD atau setara dengan 252 triliun rupiah dan menjadi orang terkaya, di Indonesia versi terbitan tahun 2020.
Daftar Perusahaan Robert Budi Hartono
Adapun beberapa perusahaan yang berada dalam naungan Djarum Grup milik Robert Budi Hartono adalah sebagai berikut:
PT Djarum
PT Bank Central Asia Tbk.
PT Hartono Istana Teknologi (Polytron)
PT Hartono Plantation Indonesia
PT Fajar Surya Swadaya
PT Bukit Muria Jaya
PT Cipta Karya Bumi Indah (Grand Indonesia, WTF Mangga Dua)
PT Puri Padma Management (Hotel Management)
PT Bukit Muria Jaya Estate (Perumahan Karawang Residence)
PT Fajar Surya Perkasa (Kawasan Daan Mogot Baru Jakarta)
Global Digital Prima Venture
PT Sarana Nusantara Tbk.
PT Daya Network Lestari
PT Savoria Kreasi Rasa (Minuman Yuzu)
PT Sumber Kopi Prima (Kopi Caffino)
Topik:
BCA Djarum Group Robert Budi Hartono BLBIBerita Sebelumnya
Berita Selanjutnya
Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Penyaluran Dana BLBI 1998 Ancam Kredibilitas Bank Sentral, Presiden dan DPR Jangan Berdiam Diri!
21 Januari 2025 11:31 WIB
Kasus BLBI, CBA Soroti Hilangnya Sertipikat 452 Hektare Jaminan dalam Perjanjian BI dengan Bank Swasta
5 Januari 2025 13:01 WIB