Harga Minyak Stabil, Pasar Menanti Sinyal Damai AS–China


Jakarta, MI - Harga minyak mentah dunia dibuka stabil pada awal perdagangan Senin (9/6/2025), di tengah optimisme pasar terhadap potensi terobosan dalam perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Harapan ini muncul menjelang pertemuan penting yang dijadwalkan berlangsung di London hari ini.
Harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus tercatat di level US$66,42 per barel pada pukul 08.21 waktu Singapura, tidak mengalami perubahan signifikan. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli juga bertahan stabil di US$64,53 per barel.
Pasar minyak global dalam beberapa bulan terakhir tertekan oleh ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Namun, pertemuan yang akan digelar hari ini diharapkan dapat menjadi titik balik yang meredakan kekhawatiran pelaku pasar dan membawa kejelasan arah kebijakan ekonomi global.
Sepanjang tahun ini, harga minyak di London telah merosot sekitar 11% akibat kekhawatiran bahwa eskalasi perang dagang akan menghambat pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan permintaan energi.
Sementara itu, OPEC+ mempercepat laju produksi lebih dari yang diperkirakan, memunculkan risiko kelebihan pasokan pada paruh kedua tahun yang berpotensi menekan harga lebih lanjut.
Meskipun harga sempat tertekan pada masa jabatan kedua Presiden Donald Trump, volatilitas harga cenderung menurun sejak pertengahan Mei.
Saat ini, pasar tengah menyeimbangkan berbagai faktor, mulai dari harapan terhadap kemajuan dalam pembicaraan dagang antara AS dan China, peningkatan konsumsi musiman selama musim mengemudi di belahan bumi utara, serta ketegangan geopolitik di Iran dan Rusia.
Analis energi utama SDIC Essence Futures Gao Mingyu menilai bahwa jika pertemuan di Inggris terus memancarkan sinyal optimisme, dampak ekonomi negatif dari perang dagang bisa sedikit teredam.
”Setelah efek negatif jangka pendek dari lonjakan produksi OPEC+ di bulan Juli dicerna pasar, sentimen makro yang membaik, peningkatan permintaan musiman, dan ketegangan geopolitik memberikan dukungan bagi harga,” imbuhnya.
Sejak pertengahan Mei, pergerakan harga minyak cenderung stabil dengan fluktuasi kurang dari US$4, sementara tingkat volatilitas mencapai titik terendah sejak awal April.
Di sisi lain, selisih harga kontrak jangka pendek Brent menunjukkan pola backwardation yang makin melebar dalam beberapa pekan terakhir, sebuah sinyal bullish bagi pasar.
Topik:
harga-minyak perang-dagang amerika-serikat chinaBerita Sebelumnya
Miris! Dari Tambang Nikel, Warga Raja Ampat hanya Dapat Kompensasi Rp10 Juta per Tahun
Berita Selanjutnya
Garuda (GIAA) Gelar RUPSLB Akhir Juni, Apa Saja Agenda Pentingnya?
Berita Terkait

Rosan Sebut Dua Raksasa China Lirik Investasi Proyek Giant Sea Wall
10 September 2025 09:50 WIB

Airlangga Tawarkan Proyek Giant Sea Wall Rp1.750 Triliun ke China hingga Eropa
5 September 2025 16:37 WIB