Google: Peretas Rusia Targetkan NATO dan Militer Eropa timur

Aan Sutisna
Aan Sutisna
Diperbarui 31 Maret 2022 10:49 WIB
London, MI - Peretas Rusia baru-baru ini berupaya untuk menjebol jaringan NATO dan militer di sejumlah negara Eropa timur, seperti diungkap laporan Threat Analysis Group Google, Rabu (30/3). Laporan itu tidak menyebutkan militer mana yang menjadi sasarannya. Google menggambarkan peretasan itu sebagai "kampanye phishing kredensial" yang diluncurkan kelompok Coldriver atau Callisto yang berbasis di Rusia. "Kampanye ini dikirim menggunakan akun Gmail yang baru dibuat ke akun-akun bukan milik Google, sehingga tingkat keberhasilan kampanye ini tidak diketahui," tulis laporan tersebut. NATO tidak langsung dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Rusia kini dalam kondisi sangat tertekan atas ekonomi Barat menyusul keputusannya untuk menyerang Ukraina pada 24 Februari. Moskow juga kerap mengelak tudingan serangan siber yang menargetkan Barat. Pada 2019 perusahaan keamanan siber Finlandia F-Secure Labs menggambarkan Callisto sebagai aktor ancaman canggih dan tak dikenal "yang tertarik pada pengumpulan intelijen berbau asing dan kebijakan keamanan" di Eropa. Kelompok itu juga menargetkan Centre of Excellence NATO, tulis laporan Google pada Rabu tanpa penjelasan lebih lanjut. Lewat pernyataan, pusat itu tidak langsung menyinggung laporan Google, namun mengatakan: "Kami melihat aktivitas siber berbahaya setiap hari." Terus diserang Regulator telekomunikasi Rusia menyatakan berbagai situs pemerintahan Ukraina terus mendapat serangan siber dari peretas Rusia sejak invasi bulan lalu. Dinas Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi Rusia di media sosial menyatakan "Peretas Rusia terus menyerang sumber informasi Ukraina tanpa henti", dikutip dari Reuters. Situs yang diserang antara lain milik parlemen, kepresidenan, kabinet, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Dalam Negeri. SItus-situs tersebut mendapat serangan distributed denials of service (DDoS). Serangan DDoS, yang ditujukan kepada server, menyebabkan situs berstatus di luar jaringan (offline). Dinas menyatakan situs-situs tersebut "bisa mengatasi badai". "Kami akan bertahan! Di medan perang dan di ruang siber!" kata mereka. Reuters melaporkan Kementerian Luar Negeri Rusia saat ini belum bisa dimintai komentar. Rusia sebelumnya pernah membantah berada di balik serangn siber, termasuk yang mempengaruhi Pemilu di Amerika Serikat. Pemerintah Ukraina mengajak para peretas bawah tanah membantu mereka melindungi infrastruktur penting dan memata-matai tentara Rusia lewat dunia maya. Sumber: Reuters - Antara