Rusia akan Matikan Aliran Listrik PLTN Zaporizhzhia ke Ukraina

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 26 Agustus 2022 08:40 WIB
Jakarta, MI - Rusia telah menyusun rencana untuk memutuskan koneksi pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa ke jaringan listrik Ukraina sehingga berisiko mengalami kegagalan sistem pendingin. Para pemimpin dunia telah menyerukan agar situs Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia didemiliterisasi setelah kendaraan tentara Rusia terekam masuk ke kawasan pembangkit itu. Sebelumnya Rusia diperingatkan agar tidak memutus PLTN itu dari jaringan Ukraina dan menghubungkannya ke jaringan listrik Rusia. Akan tetapi Petro Kotin, kepala perusahaan energi atom Ukraina, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa para insinyur Rusia telah menyusun cetak biru saklar untuk memutuskan aliran listrik dengan dalih untuk untuk keperluan darurat. “Mereka mempresentasikan [rencananya] kepada [pekerja di] pabrik, dan [pekerja] pabrik mempresentasikannya kepada kami. Alasan untuk rencana ini adalah kerusakan parah pada semua jalur yang menghubungkan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia ke sistem Ukraina,” kata Kotin dalam sebuah wawancara pada hari kemerdekaan Ukraina seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (25/8). Kemarin fasilitas itu sebagian besar dikunci karena ancaman serangan Rusia. Dia khawatir militer Rusia sekarang menargetkan koneksi tersebut untuk membuat skenario darurat menjadi kenyataan. Baik Ukraina dan Rusia saling menuduh menembaki situs tersebut. “Mereka baru saja mulai melakukan itu, mereka memulai semua serangan,” kata Kotin. Ancaman lain terhadap keamanan nuklir di PLTN itu termasuk kendaraan yang diparkir begitu rapat ke ruang turbin sehingga petugas pemadam kebakaran akan kesulitan mengaksesnya jika kebakaran terjadi. Rusi juga meneror pekerja yang memilih untuk tetap berada di garis depan. Satu orang dipukuli sampai tewas dan yang lain terluka parah sehingga dia membutuhkan tiga bulan untuk pulih. Lebih dari 200 orang telah ditahan, kata Kotin. Sambungan listrik PLTN itu dalam situasi kritis karena tiga dari empat jalur utama yang menghubungkannya ke jaringan Ukraina rusak selama perang. Sedangkan dua dari tiga jalur cadangan yang menghubungkannya ke pembangkit listrik konvensional juga terputus, katanya. Petro Kotin mengatakan dia khawatir Rusia menargetkan jalur yang menghubungkan situs Zaporizhzhia ke jaringan listrik Ukraina untuk membuat skenario 'saklar darurat' menjadi kenyataan.