IMF Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Jadi 2,7 Persen

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 12 Oktober 2022 08:39 WIB
Jakarta, MI - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk taun 2023 karena tekanan ekonomi yang kuat akibat perang di Ukraina, harga energi dan harga pangan yang tinggi serta akibat lonjakan suku bunga. IMF memperingatkan bahwa kondisi dapat memburuk secara signifikan tahun depan dan menyatakan pihaknya memperkirakan lebih dari sepertiga ekonomi dunia akan berkontraksi. "Tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, China dan kawasan nilai tukar euro akan terus mandek," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (12/10). Singkatnya, yang terburuk belum datang, dan bagi banyak orang, tahun 2023 akan terasa seperti resesi, ujarnya. Dalam hal Outlook Ekonomi Dunia, IMF menyatakan pertumbuhan PDB global tahun depan akan melambat menjadi 2,7 persen, dibandingkan dengan perkiraan 2,9 persen pada Juli lalu. Penyebabnya adalah karena suku bunga yang lebih tinggi telah memperlambat ekonomi Amerika Serikat, sementara Eropa berjuang dengan lonjakan harga gas dan China berjuang melawan Covid-19 yang berkelanjutan melalui penguncian dan melemahnya sektor properti. IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan 2022 pada 3,2 persen, yang mencerminkan output yang lebih kuat dari perkiraan di Eropa. Akan tetapi kinerja yang lebih lemah terjadi di AS setelah pertumbuhan global mencapai 6 persen pada 2021. Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini diperkirakan hanya 1,6 persen atau mengalami penurunan 0,7 poin persen dari Juli. Penurunan tersebut mencerminkan kontraksi PDB kuartal kedua yang tidak terduga. IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan AS 2023 tidak berubah pada 1 persen. Sedangkan pertumbuhan zona euro akan turun menjadi 0,5 persen tahun depan karena harga energi yang tinggi telah merongrong tingkat produksi, menurut perkiraan IMF. Sedangkan beberapa ekonomi utama, termasuk Jerman dan Italia, memasuki resesi teknis. Gourinchas mengatakan pergeseran geopolitik dalam pasokan energi di benua itu akan "luas dan permanen" sehingga harga akan tetap tinggi untuk waktu yang lama. Sedangkan mengenai gejolak pasar di Inggris setelah pasar keuangan mengecam pemotongan pajak yang diusulkan pemerintah baru, Gourinchas mengatakan kebijakan fiskal Inggris perlu sejalan dengan tujuan inflasi bank sentral. Kesehatan ekonomi global di masa depan "bersandar secara kritis" pada keberhasilan kalibrasi kebijakan moneter, jalannya perang di Ukraina dan kemungkinan gangguan sisi pasokan terkait pandemi lebih lanjut, menurut IMF.