AS Akui China Sebagai Ancaman Sekaligus Pesaing Paling Strategis Sistem Pertahanannya

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 28 Oktober 2022 09:02 WIB
Jakarta, MI - Amerika Serikat menyatakan China sebagai ancaman sistem pertahanan yang semakain menantang dan mendesak untuk diantisipasi selain Rusia, Iran dan Korea Utara. Demikian menurut dokumen Strategi Pertahanan Nasional (NDS) Amerika Serikat yang dirilis kemarin seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (28/10). Dokumen itu juga menyebutkan bahwa Republik Rakyat China tetap menjadi “pesaing strategis paling penting Amerika Serikat untuk beberapa dekade mendatang”. Dokumen tersebut diproduksi setiap empat tahun untuk mengidentifikasi ancaman terhadap AS dan menawarkan panduan jangka panjang untuk Departemen Pertahanan. “Tantangan paling komprehensif dan serius bagi keamanan nasional AS adalah upaya paksa dan agresif RRC untuk mengubah kawasan Indo-Pasifik dan sistem internasional agar sesuai dengan kepentingan dan preferensi otoriternya,” menurut laporan itu. Penilaian tersebut dirilis dua minggu setelah Gedung Putih mengeluarkan laporan serupa dalam Strategi Keamanan Nasionalnya yang menggambarkan China sebagai “satu-satunya pesaing untuk membentuk kembali tatanan internasional terkait ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologi. Kongres AS menerima versi rahasia dari Strategi Pertahanan Nasional pada bulan Maret, namun rilis hari Kamis adalah versi publik yang tidak dirahasiakan dan merupakan yang pertama oleh pemerintahan AS saat ini. Presiden Joe Biden melanjutkan kebijakan pendahulunya Donald Trump yang memperlakukan China sebagai saingan geopolitik terpenting negara itu. Hubungan antara Beijing dan Washington memburuk karena banyak titik ketegangan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk masalah perdagangan, status Taiwan, klaim atas Laut China Selatan dan pengaruh China yang berkembang di Indo-Pasifik. Sebagai tanggapan terhadap Strategi Keamanan Nasional awal bulan ini, Beijing mengecam pendekatan AS terhadap hubungannya dengan China dan menyerukan Washington untuk mengupayakan apa yang disebutnya "kerja sama yang saling menguntungkan". “Tidaklah populer atau konstruktif untuk berpegang pada mentalitas zero-sum Perang Dingin dan memainkan konflik geopolitik dan persaingan kekuatan besar,” kata juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning pada 13 Oktober lalu. Laporan kemarin menyatakan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sedang meningkatkan kemampuan konvensional serta dunia maya dan ruang angkasa. “RRC juga memperluas jejak global PLA dan bekerja untuk membangun infrastruktur luar negeri dan pangkalan yang lebih kuat untuk memungkinkannya memproyeksikan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh,” menurut laporan itu. Secara paralel, RRC mempercepat modernisasi dan perluasan kemampuan nuklirnya. "Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Departemen Pertahanan bahwa kami melakukan semua tinjauan strategis utama kami bersama-sama, termasuk tinjauan postur nuklir dan tinjauan pertahanan rudal," kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada wartawan kemarin.