Vladimir Putin Tak Punya Parpol, Tapi Lawannya 'Keok' Terus

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 18 Maret 2024 17:39 WIB
Presiden petahana Vladimir Putin memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Rusia 2024 secara telak (Foto: Ist)
Presiden petahana Vladimir Putin memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Rusia 2024 secara telak (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Presiden petahana Vladimir Putin memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Rusia 2024 secara telak. Dengan hampir 90 persen penghitungan suara selesai, ia berhasil mengumpulkan dukungan sebesar 87,15 persen. Menurut Komisi Pemilihan Umum Pusat (CEC) Rusia, dengan perolehan suara sebesar itu, kemenangan Putin dipastikan.

Proses pemungutan suara dimulai sejak Jumat pekan lalu, berlangsung dalam konteks perang di Ukraina yang tengah berkecamuk. Pemilihan presiden ini menjadi yang pertama setelah dilakukannya amandemen Konstitusi Rusia pada tahun 2020.

Dengan kemenangan ini, kekuasaan Putin secara otomatis diperpanjang selama enam tahun ke depan.

Tak punya Parpol

Vladimir Putin berkuasa sebagai Presiden Rusia dari 2000 hingga 2008 dan berlanjut lagi pada 2012-sekarang. Dia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Rusia dari 1999-200 dan lagi pada 2008-2012.

Dengan rentetan periode kekuasan itu, tercatat bahwa mantan perwira intelijen ini tak pernah kalah dalam pilpres. Uniknya, Putin terjun ke politik tanpa memiliki partai politik.

Dia kandidat dari jalur independen. Namun, dia didukung Partai United Russia (Rusia Bersatu) dan Partai A Just Russia-For Truth (Rusia yang Adil-Untuk Kebenaran).

Lawan-lawan Putin

Lawan Putin dari Partai Komunis Rusia; Nikolay Kharitonov, berada di urutan kedua dengan meraih 4,2% suara. Dia merupakan anggota Duma Negara dari 1993 hingga sekarang.

Lawan Putin berikutnya adalah Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru meraih 4% suara. Dia didukung juga oleh Partai Pertumbuhan. Dia tercatat sebagai Wakil Ketua Duma Negara dari 2021 hingga sekarang.

Lawan Putin selanjutnya adalah Leonid Slutsky dari Partai Demokrat Liberal dengan meraih 3,2% suara. Dia merupakan anggota Duma Negara dari 1999 hingga sekarang.

Putin Exit poll sebelumnya menunjukkan tren serupa, di mana kepala negara Rusia itu diperkirakan akan memenangkan pilpres dengan perolehan suara 87,8%. 

Survei tersebut dilakukan terhadap 466.324 pemilih di tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh negeri.

Pemilu tahun ini telah mencatat tingkat partisipasi pemilih yang tinggi sepanjang sejarah, dengan angka mencapai 74%, menurut informasi dari CEC.

Meskipun ribuan demonstran menentangnya dengan melakukan protes di tempat pemungutan suara pada hari Minggu, Putin berhasil memenangkan pemilu dengan mayoritas yang signifikan.

Menurut laporan Reuters pada hari Senin (18/3/2024), Amerika Serikat mengklaim tanpa memberikan bukti bahwa pemungutan suara dalam pemilu Rusia tidak dilakukan secara bebas dan adil.

Bagi Putin, yang dulunya merupakan seorang letnan kolonel KGB dan pertama kali menduduki posisi kekuasaan pada tahun 1999, hasil ini dimaksudkan untuk menekankan kepada Barat bahwa pemimpin Rusia harus dihormati, baik dalam situasi perang maupun damai, dalam beberapa tahun ke depan.

Hasil awal ini berarti Putin, yang saat ini berusia 71 tahun, diperkirakan akan dengan mudah memperoleh masa jabatan enam tahun ke depan, sehingga akan melampaui masa jabatan Josef Stalin dan menjadi pemimpin terlama di Rusia dalam lebih dari 200 tahun.