Pilu, Tak Ada Perayaan Lebaran 2024 di Gaza

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 10 April 2024 20:21 WIB
Warga Palestina menyalatkan jenazah korban penyerangan pasukan tentara Israel (Foto: MI/AFP)
Warga Palestina menyalatkan jenazah korban penyerangan pasukan tentara Israel (Foto: MI/AFP)

Gaza, MI - Pilu, tak ada perayaan lebaran Idul Fitri 2024 di Gaza, Rabu (10/4/2024). Idul Fitri biasanya merupakan hari yang menyenangkan untuk umat Islam di seluruh dunia, justru menjadi hari berkabung bagi warga Gaza.

Pasalnya, hingga saat ini atau enam bulan bergulir seranga Israel, rumah-rumah hancur, banyak korban jiwa, dan orang terluka harus dirawat di rumah sakit, dan sebagian besar hidup dalam pengungsian di Rafah. 

Pun jumlah korban tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza telah mencapai 33.482 dari total 76.049 orang. Ini merupakan data kementerian kesehatan wilayah Palestina. Jumlah korban bertambah setelah 122 orang tewas dalam 24 jam terakhir.

"Tak ada yang perlu dipersiapkan, tidak ada pakaian (baru yang biasa dipakai saat lebaran), tidak ada kegembiraan. Orang-orang berkata, tidak ada perayaan Iedul Fitri. Bagaimana kita merayakan Eid, Kami di sini di rumah sakit, tidak ada dekorasi rumah, tidak ada mainan, tidak ada baju (baru), tidak ada apapun" kata anak-anak Palestina dalam sebuah video yang dibagikan oleh jurnalis Dua’a Tuaima.

Dulu, mereka bisa merayakan lebaran dengan senang di rumah masing-masing. Sekarang banyak anak-anak yatim yang keluarganya terbunuh, sebagian terluka. "Bagaimana mereka merayakan Ied bersama dengan orang-orang tercinta yang sudah meninggal? Atau anak-anak yang kehilangan kakinya, bagaimana mereka bisa bergerak? Bagaimana mereka merayakan Ied. Ini sangat menyedihkan, bagaimana mereka bisa merayakan Ied?" tanyanya.

Sementara itu, dilansir Al-Jazeera, banyak warga Gaza yang kehilangan anggota keluarganya. Hal ini begitu tampak karena ada 33.000 lebih korban jiwa akibat konflik ini.

"Idul Fitri itu menyedihkan... sejak pagi saya (duduk) di makam anak saya," kata ibu dari Fouad Abu Khamash, anggota tim Bulan Sabit Merah di Jalur Gaza yang dibunuh oleh pasukan Israel saat bekerja.

Wanita lainnya, Um Ahmad baru saja kehilangan suaminya. Dia mengatakan hari ini tidak terasa seperti Idul Fitri. "Saat kami bangun, saya merindukan suami saya, yang menjadi syahid dalam perang ini," ungkapnya.

Dia mengatakan tak merasakan suasana Idul Fitri. Tak ada pakaian untuk anak-anak. Dia merasa sedih hari ini. "Tidak ada suasana Idul Fitri, pakaian Idul Fitri untuk anak-anak, dan kami tidak bisa menyiapkan kue Idul Fitri. Tidak ada Idul Fitri tahun ini; Saya sedih hari ini," jelasnya.

Di hari terakhir puasa kamarin, warga Gaza berusaha mempersiapkan Idul Fitri dengan memadati pasar dan kios darurat. Permen, kacang-kacangan, kurma, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta makanan ringan dijual pedagang kaki lima di tengah reruntuhan dan puing-puing bangunan.

Persediaan makanan langka karena terbatasnya pasokan setelah wilayah itu dikepung Israel selama enam bulan. Meski memiliki berbagai keterbatasan, sekelompok ibu-ibu pengungsi di Deir el-Balah berinisiatif membuat kue tradisional di tenda mereka.

Kue-kue tersebut kemudian dibagikan kepada pengungsi lainnya untuk merayakan hari pertama Idul Fitri.