Pemimpin Iran: Palestina Harus Kembali ke Pemiliknya yang Sah

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 1 Mei 2024 21:51 WIB
Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran (Rahbar), Ayatollah Seyyed Ali Khamenei (Foto: IRNA)
Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran (Rahbar), Ayatollah Seyyed Ali Khamenei (Foto: IRNA)

Jakarta, MI - Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran (Rahbar), Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, mengatakan bahwa Palestina harus dibebaskan dari pendudukan Israel dan dikembalikan ke pemilik sahnya.

Seperti dilansir IRNA, pada Rabu (1/5/2024), Israel telah menolak upaya negara-negara Arab dan Muslim tertentu untuk menormalisasi hubungan mereka dengan rezim Israel.

Ayatollah Khamenei menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan hari Rabu (1/5), dengan sekelompok guru Iran pada peringatan kesyahidan ulama revolusioner Morteza Motahhari yang menandai Hari Guru di negara tersebut.

Ayatollah Kahmenei mengatakan bahwa situasi di Gaza telah berubah menjadi isu dominan di dunia. Selain itu Zionis Israel dan para pendukung mereka di Amerika dan Eropa gagal untuk menghilangkan isu tersebut dari agenda opini publik dunia. 

“Lihatlah universitas-universitas di Amerika dan Eropa, meningkatnya jumlah protes yang diadakan di universitas-universitas di Amerika dan di belahan dunia lain sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza,” kata Rahbar. 

Lebih lanjut Rahbar mengatakan, bahwa upaya beberapa negara di dunia Arab dan Muslim untuk menormalisasi hubungan diplomatik mereka dengan rezim Israel tidak akan membuahkan hasil. 

“Palestina harus kembali ke pemiliknya yang sah,” katanya.

Pemimpin tertinggi Iran itu mengatakan, cara Amerika Serikat menangani masalah agresi Israel di Gaza telah membuktikan bahwa Washington terlibat dalam “kejahatan besar” dan “dosa yang tidak dapat diampuni” ini.

Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa para pejabat AS tidak dapat menoleransi perlawanan verbal terhadap Israel, dan menambahkan bahwa para mahasiswa yang memprotes Israel di universitas-universitas AS berperilaku sangat damai namun mereka menghadapi tindakan keras.