Sekitar 360 Ribu Orang Tinggalkan Rafah

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 15 Mei 2024 05:06 WIB
Pintu Penyebrangan Rafah, Palestina (Foto: Pars today)
Pintu Penyebrangan Rafah, Palestina (Foto: Pars today)

Beit Lahiya, MI - Korban warga sipil terus bertambah sewaktu Israel meningkatkan serangannya terhadap daerah-daerah di bagian utara dan selatan Gaza, Senin (13/5/2024). 

Para petugas penyelamat membawa warga sipil yang terluka, sebagian adalah anak-anak, ke rumah sakit di Beit Lahiya, Gaza Utara. Sebagian dari pertempuran paling sengit selama berpekan-pekan ini berkecamuk di bagian utara dan selatan Gaza. Pasukan Israel telah kembali ke Jabalia, di mana mereka mengatakan telah menghancurkan Hamas beberapa bulan silam, untuk mencegah militan menggalang kekuatan lagi di sana.

Seorang petugas medis, Fares Afana, mengatakan mereka telah berusaha untuk mencapai kamp Jabalia. Mayat-mayat ditemukan di sana setelah serangan pada malam sebelumnya.

Tetapi ia mengklaim pasukan Israel telah menargetkan petugas ambulans, menghalangi mereka menyelamatkan warga sipil yang terluka dan terperangkap di sana. Di Rafah, kota di bagian selatan Gaza, jalan-jalan nyaris kosong karena warga Palestina melarikan diri dari pertempuran.

Israel, Selasa (14/5/2024) mengatakan menutup jalan raya utama menuju Rafah, menutup titik perlintasan utama untuk pengiriman bantuan.

PBB mengatakan seorang staf keamanan asing tewas pada hari Senin (13/5/2024) sewaktu kendaraan bertanda PBB yang sedang menuju rumah sakit dihantam serangan. Ini menandai korban tewas berkebangsaan asing pertama untuk PBB dalam perang di Gaza


Sayap bersenjata Hamas mengatakan karena bombardemen Israel, kelompok itu kehilangan kontak dengan militan yang menjaga empat warga Israel yang mereka sandera, termasuk seorang berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Hersh Goldberg-Polin, yang tampil dalam video Hamas pada April lalu.

Pasokan juga menipis bagi banyak pengungsi Palestina, yang lari meninggalkan bagian utara dan selatan Gaza menuju Deir al-Balah, di bagian tengah Jalur Gaza. “Tidak cukup banyak air untuk seluruh pengungsi, tidak cukup banyak makanan, tidak cukup pasar bagi semua orang,” kata seorang pengungsi.

“Tangki air yang Anda lihat, ini hanya cukup bagi mereka yang telah berada di sini, itu tidak cukup tetapi kami hidup dengan kondisi ini. Jadi bagimana dengan mereka yang bergabung dengan kami? Ada orang-orang dari dua kamp, selain di kamp kami.”

PBB mengatakan sekitar 360 ribu orang telah meninggalkan Rafah sejak perintah evakuasi Israel dikeluarkan sepekan silam. Banyak di antara keluarga pengungsi pindah ke lahan-lahan kosong di sepanjang pantai, namun PBB memperingatkan kondisi sanitasi yang buruk di sana. Di satu sisi perbatasan, warga Palestina kelaparan, dan di sisi lain, para pengunjuk rasa Israel memblokir truk-truk bantuan ke Gaza pada hari Senin.

Sebagian warga Israel terlihat menumpahkan isi truk ke jalan di pos pemeriksaan di Tepi Barat, ini insiden serupa kedua dalam waktu kurang dari sepekan.

Hal ini terjadi meskipun Israel telah berjanji akan mengizinkan pengiriman pasokan bantuan yang tak terganggu ke wilayah kantong yang terkepung itu.

Washington, yang telah menghentikan untuk sementara sejumlah pengiriman senjata ke Israel, karena tidak setuju dengan serangan di Rafah, telah mengecam “penjarah” terhadap konvoi bantuan itu.

Para pejabat kesehatan Gaza mengatakan warga Palestina yang tewas dalam perang kini telah melebihi 35 ribu orang.

Topik:

Rafah Israel Gaza