274 Warga Palestina Tewas dalam Operasi Pembebasan 4 Sandera Israel

Firmansyah Nugroho
Firmansyah Nugroho
Diperbarui 10 Juni 2024 07:25 WIB
Warga Palestina memeriksa kerusakan dan puing-puing sehari setelah operasi Pasukan Khusus Israel di kamp Nuseirat, di Jalur Gaza tengah pada 9 Juni 2024, di tengah konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina.
Warga Palestina memeriksa kerusakan dan puing-puing sehari setelah operasi Pasukan Khusus Israel di kamp Nuseirat, di Jalur Gaza tengah pada 9 Juni 2024, di tengah konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina.

Gaza, MI - Sedikitnya 274 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam operasi pembebasan empat sandera Israel yang ditahan Hamas. Hal ini disampaikan Khalil Degran, juru bicara RS Al Aqsa Martyrs, fasilitas medis utama yang masih bertahan di pusat kota Gaza.

Empat sandera Israel yang ditawan Hamas berhasil dibebaskan dalam operasi penyelamatan oleh pasukan Israel di kamp Nuseirat pada Sabtu (8/6/2024). Namun, serangan itu mengakibatkan 274 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka, termasuk perempuan dan anak-anak.

Noa Argamani memeluk ayahnya saat mereka berkumpul kembali, setelah ia dan tiga orang lainnya dibebaskan dalam operasi penyelamatan sandera oleh tentara Israel dari dua lokasi di Gaza tengah pada Sabtu (8/6/2024).

Argamani adalah sandera yang paling dikenali saat dirinya diculik dari festival musik Nova di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Video penculikannya termasuk yang pertama kali beredar, dan rekaman wajahnya yang ketakutan tersebar luas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat berbicara dengan Argamani melalui sambungan telepon untuk menyambut kepulangannya.

Para sandera yang dibebaskan tentara Israel dari wilayah permukiman Nuseirat di Jalur Gaza tengah dibawa ke sebuah rumah sakit di Israel pada Sabtu (8/6/2024). Keempat sandera itu adalah Noa Argamani, 26, Almog Meir Jan, 22, Andrey Kozlov, 27, dan Shlomi Ziv, 41. Mereka dalam kondisi sehat, menurut pernyataan militer Israel.

Sekitar 120 sandera Israel masih ditahan, 43 di antaranya telah dinyatakan tewas, setelah sekitar setengahnya dibebaskan dalam gencatan senjata selama satu minggu pada bulan November lalu. 

Menurut keterangan pemerintah Israel, pasukannya telah menemukan setidaknya 16 jasad sandera. Korban yang selamat termasuk sekitar 15 perempuan, dua anak di bawah 5 tahun dan dua pria berusia 80-an tahun.

Sejumlah sandera diyakini ditawan di daerah padat penduduk atau di dalam labirin terowongan Hamas, sehingga operasi penyelamatan menjadi sangat rumit dan berisiko.

“Kami berkomitmen untuk membebaskan semua sandera, dan kami harap Hamas membebaskan mereka semua. Namun, jika tidak, kami akan melakukan apa pun untuk membawa mereka semua kembali ke rumah,” kata Netanyahu.

Situasi di Gaza tampak jauh berbeda.
Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Minggu menyatakan sedikitnya 274 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan Israel untuk menyelamatkan para sandera yang ditawan Hamas.

“Jumlah syuhada dalam kejahatan pendudukan Israel terhadap warga sipil di pembantaian Nuseirat hari Sabtu (8/6/2024) mencapai 274 orang, termasuk 64 anak-anak, 57 perempuan dan 37 lansia. Di antara mayat-mayat yang kami terima, ada yang hanya merupakan potongan tubuh, sehingga menyulitkan untuk melakukan identifikasi. Sementara jumlah korban luka-luka mencapai 698 orang, termasuk 153 anak-anak, 161 perempuan dan 54 lansia. Di antara korban luka-luka yang tiba di rumah sakit, ada yang terpaksa diamputasi, dan menderita luka sangat parah,” kata Khalil Degran, juru bicara RS Al Aqsa Martyrs.

Warga Palestina masih terguncang dengan jumlah korban tewas pada Sabtu (8/6/2024) lalu, yang merupakan jumlah kematian terbanyak dalam waktu 24 jam dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama delapan bulan itu, di mana korbannya termasuk banyak perempuan dan anak-anak, kata para petugas medis Palestina.

Operasi penyelamatan oleh pasukan Israel pada bulan Februari lalu membebaskan 2 sandera, tapi juga menewaskan 74 warga Palestina.

“Apakah Anda menyebut soal 210 martir untuk mengklaim bahwa Anda telah membebaskan para sandera? Netanyahu, apakah Anda yakin telah membebaskan para sandera? Apakah Anda menghancurkan seluruh rumah dan membunuh 210 martir untuk membebaskan para sandera?,” ujar Mohamed Al-Tahrani, penduduk kamp Nuseirat, kamp pengungsi Palestina di Gaza yang dibangun sejak perang Arab-Israel tahun 1948.

Di Gaza, petugas medis menggambarkan kekacauan pascaserangan tersebut. Rumah sakit-rumah sakit di sana kewalahan karena sebelumnya sudah kesulitan berupaya merawat korban luka-luka akibat serangan Israel selama berhari-hari di daerah itu.

Pada hari Minggu (9/6/2024), pasukan Israel kembali menggempur Gaza tengah, sehari setelah serangan yang menewaskan 274 warga Palestina. Tank-tank Israel bergerak ke area-area di pusat Rafah untuk mengepung sebagian kota itu, demikian ungkap warga setempat dan media Hamas.

Operasi pembebasan sandera oleh pasukan Israel berlangsung di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap negara itu untuk mengurangi jatuhnya korban sipil yang tewas dalam perang di Gaza.

Dalam upaya mencari solusi dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang tampak mandek, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan kembali ke Timur Tengah minggu depan.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada hari Minggu (9/6/2024) mengatakan kepada ABC News bahwa AS terus mendesak Israel untuk “beroperasi dengan cara berbeda” demi menghindari jatuhnya korban jiwa di Gaza ketika mereka melakukan misinya, seperti menyelamatkan empat sandera Israel, namun justru menewaskan banyak warga Palestina.

“Satu-satunya cara untuk membebaskan semua sandera dan menghentikan jatuhnya korban sipil di Gaza adalah dengan mencapai kesepakatan gencatan senjata yang komprehensif. Bagaimana kita mengakhiri kematian warga sipil di Gaza? Hanya ada satu cara: mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan kesepakatan terkait sandera. Itulah yang disampaikan oleh Presiden (AS) Biden,” jelas Sullivan.

Operasi pembebasan sandera terbesar sejak 7 Oktober
Operasi militer Israel yang dilakukan jauh ke dalam Nuseirat, kamp pengungsi yang dibangun di tengah kota Gaza ketika berkecamuknya perang Arab-Israel tahun 1948, merupakan operasi pembebasan sandera terbesar sejak 7 Oktober lalu ketika Hamas dan kelompok militan lain menyerbu perbatasan selatan Israel dan menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menculik sekitar 250 sandera.

Israel melancarkan serangan balasan yang masif yang hingga hari ini telah menewaskan hampir 37.000 warga Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, tidak membedakan antara korban sipil dan kombatan.

Uni Eropa serukan penghentian pertumpahan darah
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada hari Minggu (9/6/2024) menyebut laporan tewasnya ratusan warga sipil Palestina di Gaza dalam operasi pembebasan sandera Israel itu sebagai hal yang “mengerikan.”

Borrell mencuit di X, “Laporan-laporan dari Gaza tentang pembantaian warga sipil lainnya mengerikan. Kami mengutuk keras hal ini. Pertumpahan darah ini harus segera dihentikan.”

Hingga laporan ini disampaikan sejumlah tank Israel masih terlihat menuju bagian utara Gaza pada hari Minggu (9/6/2024), sementara mereka melanjutkan operasi di daerah kantong itu.