Kriminolog Ungkap Alasan Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Belum Terungkap

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 18 Juli 2022 10:45 WIB
Jakarta, MI - Kejadian Pembunuhan Korban ibu Tuti Suhartini (55) dan anaknya Amelia Mustika Ratu (23) di rumahnya merangkap Kantor Yayasan Bina Prestasi Nasional Ciseuti Cagak Subang Jawa Barat tanggal 18 Agustus 2021 belum terungkap hingga sekarang? Padahal sejak ditemukannya korban kasus Subang tersebut hingga Kini 18 Juli 2022 dan sudah memasuki bulan ke 11. Bahkan, pihak Kepolisian juga sebelumnya sudah berjanji bakal mengungkap kasus itu sampai tuntas. Atas hal tersebut, Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Kurnia Zakaria mempertanyakan mengapa janji Kapolres Subang AKBP Titin Sumarni dan Kapolsek Cagak Kompol Supratman akan mengungkapkan siapa pelaku pembunuhan paling lambat awal Tahun 2022 belum terpenuhi ? Padahal, menurut Kurnia yang juga sebagai dosen Forensik, proses penyidikan sudah melakukan 5 kali rekontruksi, 2 kali otopsi mayat korban, 121 orang saksi telah diperiksa keterangannya, 216 macam barang bukti sudah diperoleh, 7 orang saksi ahli sudah ditanya keterangan sesuai keahliannya, 40-50 titik CCTV sekitar TKP diperiksa rekamannya. Dugaan pelaku, lanjut Kurnia, sudah mengarah ke saksi Mohammad Ramdanu sebagai Staf Administrasi yayasan yang sering keluar masuk rumah, saksi Yosef Hidayah (56) Ketua Pembina yayasan sekaligus suami korban Tuti dan ayah korban Amelia beserta istri mudanya saksi Mimin Mintarsih, dan saksi Yoris Raja Amanullah (34) Ketua Pengurus Yayasan kakak korban Amelia dan anak Yosef dan Tuti beserta istrinya saksi Yanti Jubaedah. "Dalam keterangan saksi-saksi Yayasan saat Bendahara yayasan dipegang Ibu Mimin Mintarsih keuangan Yayasan menunjukkan defisit sehingga ada pergantian Pengurus," jelas Kurnia kepada Monitorindonesia.com, Senin (18/7). Kemudian, lanjut Kurnia, bahwa saksi Dedy mantan bendahara Yayasan mengatakan saudara Ketua Yoris sering meminta dirinya mentransfer uang ke rekening istrinya Yati Jubaedah walaupun uang itu dibutuhkan Yayasan untuk membayar guru SMP dan SMK Bina Prestasi Nasional sendiri sehingga pada tahun 2020 Yayasan krisis keuangan sebelum digantikan posisinya oleh Amelia. Kata Kurnia, ada dugaan mal administrasi dilakukan kepala sekolah SMK saksi Wahyu saat itu menurut keterangan para saksi yang bocor dikalangan masyarakat. "Jadi ada dugaan peristiwa ini dendam pelaku terhadap Ibu Tuti yang merangkap sekretaris yayasan yang berperan sekali di yayasan dimana hasil forensik korban dibunuh sekitar malam jam 23.00 ke atas tanggal 17 Agustus 2021 dan korban Amelia dibunuh sekitar jam 04.30-05.00 WIB tanggal 18 Agustus 2021," jelas Kurnia. Dalam kasus ini, yang menjadi korban adalah Tuti yang mana mukanya hancur dan banyak luka tikaman di bagian tubuh seperti korban melakukan penganiayaan berat mengakibatkan kematian sebelum dan setelah korban dibunuh. Sementara korban Amelia yang tak lain adalah anaknya sendiri, saat itu ia terbangun saat pagi hari melihat kejadian menjadi korban juga dianiya dimana luka parah lebam biru dibagian mata sesuai hasil pemeriksaan dokter forensik kepolisian dr. Sumy Hastry, Sp.F. Penyebab kematian para korban adalah tikaman yang mematikan mengenai dada. Namun di TKP, lanjut Kurnia, juga sulit dinetralisir akibat perbuatan saksi Danu masuk garis police line membersihkan kamar mandi yang berlumuran darah dan bersihkan bak air supaya air yang berbau amis dan busuk atas perintah Banpol U yang saat itu berbaju kaos polisi walaupun saksi danu mengatakan gunting dan pisau carter yang ditemukan didasar bak air mandi tidak diambil diletakkan kembali di dasar bak mandi. "Sedangkan kamar mandi menjadi TKP yang terpenting saat pelaku memandikan kedua korban agat tidak berlumuran darah dan menghilangkan barang bukti di tubuh korban yang menunjukkan jejak pelaku sebelum dimasukkan mayat korban yang sudah tidak berbusana polos telanjang diletakkan dalam bagassi Toyota Alphard," kata Kurnia. Keanehan kunci Toyota Alphard saat itu, kata Kurnia, kuncinya ada di pegang saksi Yoris yang berada dirumahnya. "Di TKP tidak ada barang yang hilang hanya satu HP Amelia yang tidak ditemukan," ungkapnya. Sementara itu, lanjut Kurnia, menurut saksi ahli forensik dr. Sumy pelaku lebih dari satu orang dan psikopat dimana dalam sehari-hari bisa berperilaku biasa normal, tetapi bila sudah dalam keadaan marah timbul sifat jahatnya lebih sadis diatas normal karena diduga dendam dan trauma masa kecil yang penuh penderitaan dan bila menginginkan sesuatu harus tercapai dengan segala cara apapun yang penting diperoleh. "Saya berpendapat kemungkinan pelaku bisa didapat bila Polisi bisa menganalisa dan evaluasi keterangan saksi-saksi dan pelaku kemungkinan mengarah ke inisial saksi Y yang ada motif dan keterangan diragukan saat Yosef ditanya wartawan dia datang ke TKP saat jam 07.00 WIB setelah pelaku meninggalkan TKP dengan Toyota Avanza Putih dan motor matic Yamaha N Max Biru," jelasnya. Karena, menurut dia, terduga pelaku itu sempat membuang barang bukti di tempat sampah bengkel dekat TKP yang tiap hari sampahnya dibakar ditempat. Dari uraiannya itu, Kurnia berpandangan bahwa motif ekonomi memperkuat dugaan dendam dimana uang yayasan sebelum dikelola Tuti dan Amelia Krisis tetapi saat dikelola korban membaik. Namun ia juga mempertanyakan apakah keuangan yayasan sebelum tahun 2021 bermasalah karena salah kelola, penyelewengan penggunaan uang yayasan untuk kepentingan pribadi maupun ambisi politik pelaku di Subang itu. "Berapa lama kita harus menunggu kehati-hatian Polda Jawa Barat menetapkan pelaku kejahatan ini atau ada intervensi pihak yang berkepentingan?,tanya Kurnia. Terkahir, Kurnia juga, mempertanyakan, apakah memang benar poster pelaku itu kejahatan atau rekayasa karena poster kok foto sketsa pelaku dari belakang? [Ode]

Topik:

Kasus subang Kriminolog