Parah! PSSI Langgar Regulasi Sendiri Soal Tragedi Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 2 November 2022 16:11 WIB
Jakarta, MI - Komnas HAM mengungkapkan temuannya terkait Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang. Salah satunya adalah PSSI yang diduga melanggar regulasi yang dibuat sendiri dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya, pada tanggal 1 Oktober 2022 lalu. "Berdasarkan data Bapenda Kabupaten Malang, hasil perhitungan pada saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya pada 1 Oktober terdapat 42.516 tiket yang terjual," ucap Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Rabu, (2/11). Beka melanjutkan, bahwa menurut data Dispora Kabupaten Malang, kata Beka, Stadion Kanjuruhan cuma berkapasitas 38.054 orang. Sedangkan manajemen Arema dan penyelenggara pertandingan menyebut kapasitas Stadion Kanjuruhan berjumlah 45 ribu orang sehingga tiket yang dicetak berjumlah 43 ribu lembar. "Jadi ini ada perbedaan antara dokumen resmi dengan keterangan dari manajemen Arema, panpel, dan security officer. Temuan faktual kedelapan, PSSI melanggar regulasinya sendiri. Inisiasi pembuatan PKS (perjanjian kerja sama) dan penandatanganannya secara substansi bertentangan dengan regulasi PSSI dan FIFA. Misalnya pelibatan PHH Brimob dan atribut kelengkapannya," bebernya. Kedua, kata Beka, PSSI tidak menetapkan laga Arema FC vs Persebaya 1 Oktober sebagai pertandingan berisiko tinggi. Ketiga, dia menyebut PSSI tidak memperhatikan mekanisme untuk pertandingan berisiko tinggi. "Keempat tidak ada sertifikasi terhadap petugas keamanan dan keselamatan. Ini kan beberapa poin dari regulasi PSSI yang kemudian juga dilanggar oleh PSSI sendiri," pungkasnya. Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober lalu. Ketika itu, laga berakhir dengan kekalahan tuan rumah 2-3, sehingga mengakibatkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan. Sebanyak 135 korban yang meninggal yang dilaporkan penyebabnya beragam, ada yang mengalami patah tulang, trauma di kepala, leher, dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Ratusan orang mengalami luka-luka ringan hingga berat. (MI/Aan)