Motif Peneliti BRIN Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 27 April 2023 07:18 WIB
Jakarta, MI - Peneliti Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin harus berurusan dengan polisi gegara komentarnya di Facebook, yang bernada ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah. Polisi pun mengungkapkan motif Andi melakukan hal tersebut. "Terkait motif mungkin ada rasa emosi dari terlapor (Andi) karena pimpinannya atau apanya dari BRIN diserang oleh komentar-komentar yang tidak pas menurut terlapor," kata Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Aldo Febrianto kepada wartawan, Rabu (26/4). Aldo mengatakan pengakuan Andi itu disampaikan saat peneliti BRIN diperiksa sebagai saksi terlapor di Polres Jombang, Selasa (25/4) kemarin. Andi mengaku mengunggah postingan itu karena emosi sesaat tanpa berniat menjelekkan Muhammadiyah. "Emosi sesaat gitu, tidak ada motif khusus untuk menjelekkan. Itu kalau menurut keterangan terlapor. Kami masih mendalami terkait motif," jelasnya Andi mengaku memposting komentar tersebut ketika berada di rumah ibunya di Desa/Kecamatan Diwek, Jombang. Ia pun mengakui kesalahannya dan meminta maaf. "Keterangan saudara AP dia merasa khilaf dan meminta maaf terkait apa yang dilakukan di medsos itu salah," kata Aldo. Sebelumnya, komentar Andi Pangerang Hasanuddin mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah viral di media sosial. Polemik itu bermula dari status Facebook yang ditulis oleh Prof Thomas Djamaluddin. Mantan kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu heran dengan Muhammadiyah yang tidak taat kepada pemerintah terkait penentuan Lebaran 2023, namun ingin memakai lapangan untuk sholat Idul Fitri. “Eh, masih minta difasilitasi tempat sholat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas,” ujar Thomas. Status Thomas ditanggapi anak buahnya yang merupakan pakar astronomi BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin. Melalui akun AP Hasanuddin, ia menuliskan kemarahan atas sikap Muhammadiyah dengan me-mention akun Ahmad Fauzan S. “Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?” kata Hasanuddin. Dia masih melanjutkan statusnya yang mengancam setelah berdebat dengan warganet lain. “Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” kata Andi. Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ma’mun Murod Al Barbasy mengecam komentar tersebut. Setidaknya ada empat tangkapan layar yang dibagikan Murod di media sosial dengan caption sebagai berikut: “Pak Presiden @jokowi, Prof @mohmahfudmd, Pak Kapolri @ListyoSigitP, @DivHumas_Polri, Gus Menag @YaqutCQoumas, Kepala @brin_indonesia bagaimana dengan ini semua? Kok main-main ancam bunuh? BRIN sebagai lembaga riset harusnya diisi mereka yang menampakkan keintelektualannya, bukan justru seperti preman preman,” kata Murod di akun Twitternya.